20.31 | Author: Kronika Jogja

Dalam pameran tunggal Hendra Priyadhani yang perdana ini ia tidak begitu memusingkan sebuah persiapan dan sebagainya. Karena semua bahan yang digunakan dalam berkarya adalah barang yang bersifat dibuang sayang seperti sisa kanvas, kain-kain sisa kaos, berkas-berkas foto kopian yang tidak terpakai, dan lain sebagainya. Tema- tema yang diangkat juga sesuatu yang dekat dengan keseharian. Oleh sebab itu, pemberian judul pada setiap karya juga muncul ketika karya tersebut setengah jadi. Berangkat dari hal itulah maka pameran seni rupa ini kemudian diberi tajuk Throw Honey atau Dibuang sayang. Hendra Priyadani atau lebih sering disapa Blangkon juga dikenal sebagai master of ceremony (MC) di acara-acara musik anak muda Yogyakarta. Pameran tunggalnya ini adalah manifestasi dari kedekatannya dengan dunia musik, fashion dan life style yang kemudian banyak diejawantahkan dalam teknik print, kolase, silk screen, stensil, dan neon box. Karya-karya cutting edge seperti yang diterapkan Blangkon ini banyak di populerkan oleh komunitas underground di Amerika dan Inggris pada pertengahan tahun 70-an untuk propaganda acara musik, pergerakan atau sekedar kegiatan 'narsis' individu. Blangkon menggunting, memotong, dan menempelkan imej yang dirangkai menjadi kolase dari sejarah masa lalu, yaitu tentang mimpi-mimpi, istri, anak, orang tua, gemerlapnya dunia, kegilaan masa muda, dan lain sebagainya yg kemudian dioplos dalam bingkai dan diberi judul.

Category: |
You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

0 komentar: