17.38 | Author: Kronika Jogja
Tanggal :30 Juli-10 Agustus 2009 Tempat :7Bintang art Space Sebanyak 22 seniman yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia, menggelar pameran bersama mereka. Bertempat di 7bintang art space, pameran seni visual bertajuk Hyperlinks ini akan digelar hingga tanggal 10 Agustus mendatang. Hyperlinks atau yang bisa diartikan jejaring yang luas, luar biasa atau spektakuler ini seakan menggambarkan adanya hubungan yang dasyat antara para perupa dan stakeholders. Dalam pameran ini perupa bebas berekspresi menunjukkan seberapa luas relationship yang mereka bangun, sejauh mana pengalaman yang mereka dapat dan sekuat apa ikatan dari jejaring yang mereka bentuk itu. Lewat karya-karya perupa, pengunjung pameran ini bisa menikmati sensasi yang berbeda-beda dari esensi jaringan yang dibentuk oleh para perupa yang tentunya berbeda cara pandang, lingkungan dan pergaulan. Beberapa perupa yang tergabung dalam ameran kali ini antara lain, Dedy Sufriadi dengan karyanya berjudul Cerita 1001 Malam (visual:buku kecil2), Dony Kurniawan, dengan karyanya Terbang ke Bulan (2 anak kecil pakek baju gagak+ada bulannya), dan Hadi Soesanto denga karyanya Deep Breath (visual: cewek yang bagian pinggangnya terputus). Selain karya dua dimensi juga terdapat karya 3 dimensi salah satunya karya F.Sigit Santoso dengan judul Hormat Bendera. Sigit membuat patung-patung kecil dengan model yang sama sedang memberi hormat. Dalam acara pembukaan malam itu, pengunjung juga dihibur oleh kelompok musik, delicious band. Selain dibuka oleh beberapa senian dan kurator pameran,Rusnoto susanto, pameran ini juga turut dibuka oleh Koko, seorang gitaris dari band kenamaan ibukota, Serius Band. Sang gitaris juga sempat menunjukkan kebolehannya dalam bermusik di atas panggung.
Category: | Leave a comment
17.37 | Author: Kronika Jogja
Tanggal :1 agustus 2009 Tempat :Depan Monumen Serangan Sudah menjadi agenda rutin Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta untuk menggelar pentas seni budaya, setiap minggunya. Pentas seni reguler ini bertempat di dua titik. Salah satunya di depan monumen serangan umum 1 Maret Yogyakarta. Sperti malam-malam minggu sebelumnya, kali ini juga tak kalah ramai. Group Seni Turonggo Satrio Mudo membawakan seni Jhatilan.Group seni yang berasal dari kelurahan mbener kecamatan Tegalrejo ini, mampu menarik perhatian warga kota Jogja maupun turis, dengan aksi mereka. Lagu-lagu jawa mengiringi pertunjukkan yang dimulai sejak pukul setengah delapan malam ini. Penempatan di titik 0 kilometer, tentu menjadi sebuah upaya strategis dalam pengenalan seni budaya, mengingat disitulah pusat turis di yogyakarta. Program reguler ini mampu memberikan wadah dan kesempatan berkreatifitas bagi group-group seni tiap kelurahan di Yogyakarta. Program ini sendiri telah berjalan sejak tahun 2008. Menurut salah seorang anggota Turonggo Satrio Mudo, Umiati.Dirinya dan groupnya merasa senang bisa terus menghidupkan budaya bangsa.Mereka memang sangat menggemari seni.Terlepas dari pro dan kontra masyarakat atas kesenian jhatilan. Masyarakat yang kontra, karena alasan magic, dalam pertunjukkan seni ini memang kadang pemainnya bisa kesurupan. Sedangkan yang pro tentu menganggap seni jathilan merupakan salah satu budaya bangsa yang harus dijaga serta sebagai salah satu media hiburan.Group ini sendiri kali ini mendapat kesempatan untuk menampilkan anggota mereka yang masih tergolong muda. Namun para remaja ini tampak sangat menyukai kesenian jhatilan. Dengan panggung yang sederhana mampu menarik penonton untuk membentuk lingkaran menyaksikan kesenian ini.Baik tua maupun muda asik melihat para muda-mudi menari sambil naik kuda lumping.Bagi warga Jogja mungkin pertunjukkan seni ini sudah biasa, namun bagi para turis, tentu hal ini tergolong unik. Menampilkan keluwesan gerak, bercerita secara simbolik dan iringan musik yang khas tentu menjadi sebuah simbol betapa kreatifnya masyarakat kita. Dan ini menjadi salah satu bukti,bahwa bangsa kita masih tetap menjadi bangsa yang besar. Dengan terus mempertahankan kekayaan seni dan budayanya.
Category: | Leave a comment
17.30 | Author: Kronika Jogja
Tanggal :2 agustus 2009 Tempat :Kampung Mergangsan Kidul RT 74 / RW 24 Yogyakarta Ada yang spesial di kampung Mergangsan kidul Rt 74/ RW 24, hari minggu lalu. Halaman rumah salah satu warga desanya, bapak Sukasman, tampak dipadati orangorang malam itu. Sebuah pementasan teater tengah digelar. Pementasan drama bahasa jawa ini dibawakan oleh kelompok teater temmu.Sebuah kelompok teater kampung, yang terbentuk tanggal 17 Agustus 2005 lalu. Teater ini berawal dari sebuah festival kampung yang diselenggarakan oleh Taman Budaya Yogyakarta di tahun 2005. Teater ini mencoba untuk terus hidup di tengah masyarakat sebagai wadah kreatifitas, wadah berkeseniaan bagi para muda-mudi. Teater mereka yang ketiga ini, mengusung tema perjuangan. Berkisah tentang kehidupan di sebuah kampung yang hanya berpenghuni 6 orang.Yakni mak Jiuk, Surip, Cothot, Bakir, sumi dan mbah Karto sandal. Datngnya segerombolan anjing menggangu ketentraman desa itu. Warga kampung yang tergigit anjing-anjing itu menjadi pengikut gerombolan anjing untuk merebut tanah mereka sendiri. Pemimpin mereka adalah si Anjing Keparat yang dikutuk sejak jaman Belanda oleh sesepuh kampung, Mabah Karto Sandal. Setelah meninggalnya mbah Karto kelima warga yang tersisa tetap gigih mempertahankan kampungnya. Tokoh-tokoh ini melawan dengan caranya sendiri. Walau pada akhirnya mereka harus pergi dari tanah sendiri, namun mereka tidak menyimpan rasa kecewa, marah atau frustasi.melainkan dengan tawa dan keringat. Keringat untuk tetap menjadi diri sendiri. Mengandung makna yang sangat dalam, namun dikemas secara ringan, membuat teater kali ini cukup mendapat apresiasi yang cukup besar dari warga kampung mergangsan sendiri maupun luar kampung. Teater yang disutradarai oleh Andy Sri Wahyudi ini mengusung konsep panggung pantomim. Penonton tampak begitu santai dengan kondisi yang dibuat senatural mungkin. Duduk lesehan di atas tikar sambil terus mengikuti alur cerita dengan guyonan-guyonan khasnya. Sesekali bahkan penonton ikut nnyeletuk secara spontan,membuat penonton lain tertawa.
Category: | Leave a comment
22.26 | Author: Kronika Jogja
Tempat : Roomate Tanggal : 5-12 Juli 2009 Setelah kembali dari residensinya di studio Megalo, Canberra, Australia selama enam minggu. Seniman Wahyu widodo menggelar pameran tunggalnya di Roomate galery. Karya-karya yang dipamerkan, sebagian besar merupakan hasil dari residensinya. Namun sebenarnya, karya-karya dalam pameran ini bisa dibagi menjadi tiga bagian. Karya sang seniman sebelum residensi, saat residensi dan setelah kembali ke yogyakarta. Judul memories on print yang diangkat, tentu sesuai dengan karya-karya dalam pameran,selain menggambarkan apa yang terjadi pada sang seniman.Menghadirkan ulang memorinya dalam sebuah karya dua dimensi. Tema urbanisasi dipilih oleh sang seniman. Tema ini tentu tidak bisa terlepas dari diri Wahyu Widodo sebagai salah satu pelaku.Sejauh mungkin, Wahyu ingin merefleksikan efek gaya hidup di dalam lingkungan urban. Karyanya sendiri terlihat banyak bereksperimen dengan pensil,cat akrilik, pensil warna, pena, arang,stensil,cukil kayu dan sablon. Baginya seni adalah sebuah cara untuk mengekspresikan gagasan yang dia peroleh dari apa yang dilihat, dibaca dan didengar dari sekitarnya. Ruang pamer roomate galery tentu dipenuhi oleh karya-karya menarik dan segar dari nya. Disamping itu kita juga bisa melihat kaos karya Wahyu Widodo di sudut ruang pamer. Kaos-kaos yang sebagian besar pengerjaannya ini menggunakan tangan, manual, juga dijual untuk pengunjung.
Category: | Leave a comment
14.53 | Author: Kronika Jogja
Tempat : Roomate Galery Waktu : 6-13 Juni 2009 Acara : Pameran Seni Visual “Meeting People is [not] Easy” Lahir dari pertemuan tak disengaja para seniman, dan ide Kadafi Gandi Kusuma, maka terbentukalah sebuah pameran seni visual, bertajuk, Meeting People is [not] Easy. Hal-hal unik yang terbentuk oleh ide dan gagasan, terkadang hanya sampai ujung lidah saja, saat ingin dibagi, dengan orang lain.Karena itulah, harapan dalam pameran ini, meeting peopla is easy. Selain Kadafi, kelima seniman dalam pameran yaitu, Tommy Tanggara, Acil, Eki BP, Judi Bagong dan Yoyok Sahaja. Masing-masing tentu punya konsep karyanya sendiri. Jika Kadafi menyuguhkan karya serial power syndromnya. Berbeda dengan kelima rekannya. Tommy pada tema relijiusitasnya Acil dengan obsesinya pada angka 9. Eki Bp dengan warna cemerlang keemasan dan ironinya. Judi Bagong dengan kerangka sebagai simbolisasi pengingatan pada diri sendiri. Dan Yoyok Sahaja, tentang hal-hal sepele yang menempel di dinding. Kesemuanya tentu menapilkan hal unik nan kreatif. Contoh karya Kadafi misalnya lukisan berjudul “Everytime”. Obsesi Acil pada angka 9 terlihat pada karya berjudul “nine ball”. “petani Emas” tentu mewakili Eki dengan warna cemerlangnya. Dan sejumlah karya yang dibungkus dalam plastik kecil-kecil, lantas ditempel di dinding, berjudul “Hyper Sick” merupakan salah satu karya Yoyok Sahaja.Pameran yang dikuratori oleh Rain Rosidi ini bertempat di Roomate Galery.Sebuah bentuk berkesenian yang sangat sayang untuk anda lewatkan.
Category: | Leave a comment
14.51 | Author: Kronika Jogja
Tempat : Benteng Vredeburg Waktu : 7-30 Juni 2009 Tempat : Festival Kesenian Yogyakarta Acara pembukaan di mandala krida, menjadi awal dibukanya, Festival Kesenian Yogyakarta, FKY XXI 2009.Festival ini akan berlangsung hingga 30 Juni mendatang, bertempat di Benteng Vredeburg Yogyakarta.Pembukaannya sendiri berlangsung tanggal 7 Juni lalu. Pada malam pembukaan, pengunjung dihibur dengan penampilan langgam jawa, bertempat di halaman Benteng Vredeburg. Menariknya,Langgam jawa ini dibawakan oleh anak-anak usia dini.Mereka tampak sangat kompak dan antusias. Suara alat musik yang dimainkan, terdengar indah mengiringi lagu yang dibawakan.Dalam pasar malam FKY, kita bisa, berbelanja maupun sekedar jalan-jalan.Mulai dari tas lucu, boneka, maupun pernak-pernik,tersedia disini.Berbagai informasi pentingpun bisa anda dapatkan. Seperti informasi mengenai pencegahan HIV AIDS. Suatu momok bagi sebagian besar masyarakat. Jadi,sambil jalan-jalan, kita bisa tetap menambah wawasan.
Category: | Leave a comment
14.48 | Author: Kronika Jogja
Waktu : 5 - 6 Juni 2009 Tempat : Stage Tedjokusumo, FBS Universitas Negeri Yogyakarta Acara : Semarak Ekspresi Anak Negeri Sebagai tugas akhir para mahasiswa Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Yogyakarta, digelar sebuah pagelaran tari dengan tajuk “Semarak Ekspresi Anak Negeri”. Pagelaran ini digelar dua hari berturut-turut dari tanggal 5 sampai dengan 6 juni 2009.Bertempat di Stage Tedjokusumo, FBS, UNY. Pagelaran tari ini, selain ditujukan sebagai tugas akhir, juga dimaksudkan sebagai ajang meningkatkan kompetisi di bidang tari tradisional, dalam bentuk kerja. Selain itu, kegiatan ini juga bertujuan menambah kebersamaan antara mahasiswa dan mahasiswa ataupun antara mahasiswa dengan dosen atau alumni.Menampilkan total 20 tarian tradisional, Tari yang ditampilkan, kesemuanya mempunyai cerita yang disajikan dengan adegan simbolisasi. Beberapa tarian yang dibawakan antara lain, 'Dendang Melayu Cempaka', 'Gepyok', dan 'Jerat Jaring Jalanan'. Dendang Melayu Cempaka, menceritakan kisah Putri Gading Cempaka, yang mencari jodoh lewat sayembara. Gepyok, bercerita soal kegigihan petani saat musim tanam dan panen tiba. Sedangkan Jerat Jaring Jalanan, menceritakan kehidupan anak jalanan.Acara ini mendapat apresiasi yang cukup besar dari berbagai kalangan. Tempat pagelaranpun, penuh sesak dihadiri oleh para pengunjung, bahkan banyak yang mengantri untuk menonton pagelaran tari ini.
Category: | Leave a comment
14.47 | Author: Kronika Jogja
Tempat : Gedung Societet Taman Budaya Yogyakarta Waktu : 5 Juni 2009 Tempat : Teater Inspektur Jenderal Merayakan hari jadinya yang ke sepuluh, teater koin, menggelar pentas teater di Gedung Societed Taman Budaya Yogyakarta. Teater Koin sendiri, merupakan komunitas teater, bentukan para mahasiswa Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta. Pertunjukan kali ini, berjudul Inspektur Jenderal.Sebuah naskan teater, yang pernah dimainkan, dalam penampilan pertama mereka sepuluh tahun silam. Karya Nikolai V.Gogol asal Ukraina ini, telah diadaptasi oleh Dadi Krismatono selaku sutradara teater. Menurut mereka cerita Inspektur Jenderal ini sangat relevan untuk menggambarkan keadaan sekarang. Ceritanya dapat menjadi sebuah cermin datar,untuk kita berkaca betapa manusianya kita. Yongki Lukita lakon utama dalam teater, diceritakan mendapat keberuntungan atas kesalahpahaman pejabat daerah. Dia yang orang biasa, diduga sebagai Pejabat dari pusat, yang sedang mengawasi pejabat di suatu daerah. Maka jadilah pejabat daerah di tempat yang dikunjunginya itu beserta para staf menyambutnya bal Inspektur Jenderal. Sebuah pesta digelar untuknya. Dia dan pak bupati menari sepuasnya. Bukan hanya itu, Yongki bahkan tinggal dirumah bapak Bupati. Istri dan anak perempuan pak bupati terjerat oleh kepiawaian Yongki dalam merayu. Penampilan yang menarik ini, sebelumnya dibuka dengan penampilan apik tari saman. Koin merupakan salah satu bentuk kreatifitas para mahasiswa. Sebuah contoh positif.
Category: | Leave a comment
14.45 | Author: Kronika Jogja

Tempat : Taman Budaya Yogyakarta

Waktu : 3-11 Juni 2009

Acara : Pameran Seni Visual “Soponyono”

Ini dia satu lagi, sebuah pameran yang sangat menarik. Pameran kali ini digarap oleh 6 orang seniman. Keenam seniman itu yakni, M.Abdul Wahab, Djamal Djaja, Dwi Putro, Prabanca, Riwanto, dan Sukarman.Dalam usianya yang tak lagi muda,keenam seniman ini. mampu menciptakan karya-karya yang fantastik. Sarat pesan dan makna. Dalam ruang pamer pengunjung bisa melihat perbedaan konsep antara karya seniaman satu dengan yang lain. Jika M.Abdul Wahab menampilkan karya berupa topeng-topeng, berbeda lagi Dwi Putro,karyanya berupa lukisan di atas genting dan baju.Pak Bancak atau Prabanca membuat aneka profil wajah manusia purba berbahan dasar semen dan batu yang beliau temukan saat beraktifitas.Petrus Riwanto menuangkan kreatifitasnya dalam bentuk plakat unik yang berisi berbagai petuah. Sedangkan pak Karman membuat sumur yang dihiasi dengan lukisan disekelilingnya.Beliau memang dikenal sangat peduli dengan keadaan lingkungan. Berbeda dengan kelima seniman Djamal Djaja, seniman yang juga hoby bermusik ini ternyata banyak menuangkan kreatiftasnya ke dalam tulisan jawa lama dan membuat sebuah seri gambar.
Category: | Leave a comment
14.45 | Author: Kronika Jogja
Tempat : Taman Budaya Yogyakarta Waktu : 7 Juni 2009 Acara : Dunia Fantasmo Mozo-Mozo Pada tanggal 7 juni 2009, diadakan pertunjukkan teater yang berjudul Garibaba's Strange World dengan tema Dunia Fantasmo Moz-mozo.Dalam teater ini, Pappa Tarahumara bekerja sama dengan The Japan Foundationdan kelola.Teater ini disutradarai oleh Hiroshi Koike.Dengan tiket masuk Rp 20.000 saja, kita bisa menyaksikan pertunjukkan ini.Penonton yang sangat antusias dengan pertunjukkan ini,ikut meramaikan suasana malam ini.Teater ini menceritakan kehidupan sebuah kucing yang selalu kompak dan saling bekerjasama. Dunia kucing inipun disebut Mozo-mozo.Dalam kehidupan kucng tidak pernah bsa menerima adanya manusia, akan tetapi datang seorang manusia,yang diberi nama oleh mozo-mozo, yaitu Garibaba.Dari baginda ratu mozo-mozopun ingin membunuhnya, tapi kucing-kucing yang lain saling mengingatkan, bahwa didunia mozo-mozo tidak ada kekrasan.garibabapundiberi waktu selama 10 hari untuk mempelajari bahasa mozo-mozo,kalau dalam 10 hari tidak bisa berbahasa mozo-mozo, Garibabapun akan dibunuh oleh para kucing-kucing tersebut.Dan akhirnya Garibabapun bisa berbahasa mozo-mozo,garibabapun menjadi anggota mozo-mozo.Lalu Garibaba menguasai dunia mozo-mozo, agar bisa lebih maju.
Category: | Leave a comment
14.41 | Author: Kronika Jogja
Tempat :Gedung Sicieted Taman Budaya Yogyakarta Waktu :5 Juni 2009 Acara :Teater Inspektur Jenderal Merayakan hari jadinya yang ke sepuluh, teater koin, menggelar pentas teater di Gedung Societed Taman Budaya Yogyakarta. Teater Koin sendiri, merupakan komunitas teater, bentukan para mahasiswa Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta. Pertunjukan kali ini, berjudul Inspektur Jenderal.Sebuah naskan teater, yang pernah dimainkan, dalam penampilan pertama mereka sepuluh tahun silam. Karya Nikolai V.Gogol asal Ukraina ini, telah diadaptasi oleh Dadi Krismatono selaku sutradara teater. Menurut mereka cerita Inspektur Jenderal ini sangat relevan untuk menggambarkan keadaan sekarang. Ceritanya dapat menjadi sebuah cermin datar,untuk kita berkaca betapa manusianya kita. Yongki Lukita lakon utama dalam teater, diceritakan mendapat keberuntungan atas kesalahpahaman pejabat daerah. Dia yang orang biasa, diduga sebagai Pejabat dari pusat, yang sedang mengawasi pejabat di suatu daerah. Maka jadilah pejabat daerah di tempat yang dikunjunginya itu beserta para staf menyambutnya bal Inspektur Jenderal. Sebuah pesta digelar untuknya. Dia dan pak bupati menari sepuasnya. Bukan hanya itu, Yongki bahkan tinggal dirumah bapak Bupati. Istri dan anak perempuan pak bupati terjerat oleh kepiawaian Yongki dalam merayu. Penampilan yang menarik ini, sebelumnya dibuka dengan penampilan apik tari saman. Koin merupakan salah satu bentuk kreatifitas para mahasiswa. Sebuah contoh positif.
Category: | Leave a comment
14.41 | Author: Kronika Jogja
Tempat : Taman Budaya Yogyakarta Waktu : 1-5 Juni 2009 Acara : FLS2N 2009 Festival Lomba Seni Siswa Nasional atau FLS2N 2009. Itulah acara yang diselenggarakan untuk menyalurkan kemampuan berkesenian siswa-siswa SD, SMP, SMA serta SMK nasional. FLS2N merupakan pengganti dari LKS atau Lmba Kompetisi Siswa yang sudah dimulai sejak tahun 2003. Awalnya LKS hanya mencakup SMK se-nusantara. Tapi sekarang FLS2N cakupannya lebih luas, yaitu dimulai dari jenjang sekolah dasar. Karena panitia berpendapat bahwa berkesenian baiknya dikembangkan sejak dini. Perlombaan yang diselenggarakan adalah seni teater, musik, tari, karawitan, pedalangan, film dan juga diskomfis. Seni teater sendiri diikuti oleh 12 peserta. Seperti dari daerah Sumatra Barat yang menyuguhkan teater modern berbasic tradisi yang berjudul Karang Manih. Anak-anak SMK Negeri 7 Padang ini dengan apik menyuguhkan cerita rakyat dari Minangkabau. Cerita Karang Manih ini mengisahkan bagaimana seharusnya fungsi seorang mamak, yaitu Datoak Gampo Alam di Minangkabau. Karang Manih menjadi korban ketidakbecusan Datoak Gampo Alam sebagai mamak. Ada juga persembahan dari SMK 1 Surabaya, SMK 1 Yogyakarta, dan SMK 1 Surakarta. Mereka menyajiakan cerita tentang Jaka Tarub dan Nawang Wulan yang dipentaskan dalam bahasa Jepang.
Category: | Leave a comment
14.39 | Author: Kronika Jogja

Tempat : Auditorium II Fakultas Kedokteran UGM

Waktu : 30 Mei 2009

Acara : Accordeonduo Toeac

Accordeonduo Toeac adalah judul sebuah pertunjukan musik accordeon yang dimainkan oleh dua orang asal Belanda. Yakni Peternal Bekkers dan Renee Bekkers. Petunjukan ini tentu menarik perhatian pengunjung. Beberapa musik instrumen yang dimainkan dalam program ini antara lain, Tango, Views from a Dutch Train, Caricias, Ma Mere La'Oye, Gesprach mit Einem Schatten, dan Painting Exhibition.Dalam penampilannya, kedua musisi Belanda ini juga menjelaskan bagian-bagian dari accordeon sekaligus dengan penjelasan fungsinya. Gerak tubuh seniman seirama dengan accordeon yang dimainkan.

Category: | Leave a comment
14.36 | Author: Kronika Jogja
Tempat : Yayasan Bagong Kussudiarjo Waktu : 30 Mei 2009 Acara : Pagelaran teater “Gathik Glinding” Dalam seri jagongan wagen bulan Mei ini,padepokan seni Bagong Kussudiarjo menampilkan teater Sahita dari Surakarta. Butet Kertaradjasa didaulat sebagai pembawa acara dalam pagelaran yang bertepatan dengan ulang tahun ke-dua Yayasan Bagong Kussudiarjo ini. Teater Sahita sendiri terdiri dari lima orang ibu rumah tangga. Dalam pertunjukannya kali ini, mereka mengangkat judul Gathik Glinding yang berarti berbenturan dan jatuh menggelinding. Disini diceritakan dan digambarkan tentang perempuan yang beremansipasi melampaui batas dalam meraih cita-citanya. Dimana jeda antara gelap dan terang sangat tipis. Dikemas dalam bahasa jawa dan campuran bahasa Indonesia, tembang-tembang yang dilantunkan serentak beriringan dengan musik gamelan salah seorang pemain. Mereka menyebutkan, irama dalam nembang harus sesuai dengan aturan yanga ada. Begitu juga dalam menjalani kehidupan. Kita tidak boleh terbawa arus modernisasi begitu saja, apalagi meninggalkan adat budaya sendiri. Kita harus tetap menjaga dan melestarikan budaya bangsa. Dan perempuan harus tetap tahu kodratnya sebagai perempuan. Teater yang diangkat dari syair Gathik Glinding karya Kawiswita ini cukup sukses menghibur penonton.
Category: | Leave a comment
19.09 | Author: Kronika Jogja
Tempat : Concer Hall Taman Budaya Yogyakarta
Studsy Band, merupakan band bentukan mahasiswa-mahasiswa Institut Seni Indonesia, ISI Yogyakarta.Mereka kembali menggelar konser keduanya.Soudtrack-soundtrack film yang diangkat oleh Studsy menjadi unsur utama dalam konser yang bertemakan “Listen to The Movie” ini.Dalam konser ini penonton diajak untuk mengikuti alur film dengan musik mereka. Budhi Ngurah, selaku music director, berhasil memimpin anggota-anggota muda Studsy untuk membuat penonton berdecak kagum atas kemampuan mereka dalam bermusik.Tak heran, bila ruang konser yang bertempat di ConcerHall Taman Budaya Yogyakarta, dipadati oleh pengunjung.Parodi-parodi lucu semakin menyempurnakan kesuksesan konser kali ini.Seperti saat musik dari film James Bond dialunkan.Lampu sorot lambang Batman, mempercantik panggung malam itu.Dengan kesuksesan konser kali ini,diharapkan Studsy akan menggelar konser ketiga mereka di waktu mendatang.
Category: | Leave a comment
19.07 | Author: Kronika Jogja
Tanggal : 20-24 Mei 2009 Tempat : Jogja Expo Center (JEC) Bagi anda pencinta kuliner,ini dia sebuah event yang sayang untuk anda lewatkan.”SuperFood Expo 2009” merupakan nama acara yang digelar di JEC hingga tanggal 24 Mei mendatang.Berbagai jenis makanan tersedia disini.Mulai dari makanan khas nusantara, seperti bakso, pisang goreng, pek-pek palembang, dan masih banyak yang lainnya. Juga tidak ketinggalan makanan khas mancanegara.Makanan khas dari Italia dan Jepang.Bagi anda penggemar seafood, tidak perlu khawatir.Sebab disini juga tersedia sate ikan hiu. Berbagai jenis minuman yang menyegarkan bisa anda pilih untuk melengkapi hidangan anda. Mulai dari sari tebu, aneka juice buah yang menyehatkan, sampai wedang ronde bisa anda coba nikmati. Setelah kenyang mencicipi hidangan yang ditawarkan,anda bisa mengunjungi stand-stand kerajinan.Berbagai jenis batik, perhiasan manik-manik, dan tas-tas yang menarik, bisa menjadi pilihan anda.
Category: | Leave a comment
19.04 | Author: Kronika Jogja
Tanggal : 7-16 Mei 2009 Tempat : Bentara Budaya Yogyakarta Seni bisa berarti apapun,benda seni bisa berupa apapun, dan melihat karya seni bisa dari manapun.Kulit sapi, logam dan kayu, bisa menjadi sebuah karya seni yang mengandung nilai estetik tinggi.Hal inilah yang coba dibuktikan oleh kelompok “Lampu Kuning”. Kelompok yang terdiri dari sepuluh orang seniman ini, menggelar pameran seni kriya dengan tajuk “Warming Up”. Sesuai dengan tajuk yang diangkat. Dalam pameran ini “Kelompok Kuning” ingin menyajikan karya-karya seni kriya mereka, sebagai pemanasan untuk melihat seni dari berbagai sisi. Pemanasan untuk mentransformasikan ide-ide kelompok mereka. Pameran yang digelar di Bentara Budaya Yogyakarta ini, juga digunakan sebagai cara mereka untuk melakukan pemanasan dalam berproses.Juga merupakan stimulan awal untuk tetap “panas” dalam berkarya.
Category: | Leave a comment
19.03 | Author: Kronika Jogja
Tanggal :14-18 Mei 2009 Tempat :GOR Universitas Negeri Yogyakarta Gedung Olahraga Universitas Negeri Yogyakarta, kemarin diramaikan oleh stan-stan buku dari beragam penerbit. UNY Books Expo 2009, itulah judul acara yang diangkat dalam dies natalis ke-45 Universitas Negeri Yogyakarta. Dalam Books Expo ini kita bisa mendapatkan beragam jenis buku, mulai dari buku agama, novel, psikologi sampai buku ana-anak pun tersedia. Beberapa penerbit bahkan memberikan diskon yang cukup menggiurkan, mulai dari 10 persen hingga 50 persen. Ada juga buku yang di obral seharga Rp10.000. Tentu saja hal ini menjadi daya tarik bagi para mahasiswa, dimana dengan budget yang terbatas mereka bisa mendapatkan buku-buku menarik. Penerbit yang turut dalam acara ini sendiri antara lain penerbit Erlangga, Sahih Media, Galang Press, Ar Riizz Media. Gramedia Pustaka Utama dan sebagainya. Bukan hanya stan-stan buku saja, dalam dies natalis ke-45 ini, pengunjung juga bisa menikmati beragam acara lain yang telah disiapkan oleh pihak panitia. seperti bedah buku "Jago Bikin Film Superhero". Dimana Bagas Prastyadi dan Saiful Bahri menjadi pembicaranya. Dalam acara yang dimoderatori oleh AA. Kunto pimpinan redaksi Galang Press ini, kita bisa memperoleh ilmu bagaimana cara membuat film.
Category: | Leave a comment
18.59 | Author: Kronika Jogja
Tanggal :12 mei- 7 juni 2009 Tempat :Jogja Gallery Lagu gubahan Iwan Fals "Guru Oemar Bakri" dan Sartono " Pahlawan Tanpa Tanda Jasa" mungkin sudah tidak asing lagi bagi kita. Tapi kali ini, lagu yang bercerita tentang guru itu menjadi stimulasi para perupa untuk berkarya, dalam pameran seni visual berjudul "Guru Oemar Bakri". Pameran ini ditujukan sebagai perayaan , penghormatan dan pembacaan kritis terhadap guru dan dunia pendidikan pada umumnya. Sejumlah peristiwa yang terjadi dalam dunia pendidikan dapat dilihat sebagai tanda tentang realitas dunia pendidikan kita. Masing-masing tanda tersebut membawa pesan tersendiri. Tanda dan pesan inilah yang yang digunakan oleh para perupa yang terlibat dalam pameran ini, untuk melakukan pembacaan dan pemaknaan hingga terwujud menjadi karya seni rupa. Pameran yang bertempat di Jogja Gallery ini diikuti oleh 48 seniman dengan 51 hasil karya seni dua dimensi dan tiga dimensi. Karya-karya yang dihasilkan sangat variatif. Mengandung makna yang beragam pula namun tampak dominan, bahwa karya-karya dalam pameran ini menunjukkan aroma kemurungan dan mengolah fakta-fakta yang memenculkan rasa pesimis. Tentu saja tafsir visual para perupa ini dapat berarti gugatan, kritik, protes, ironi, atau sekadar memaparkan realitas yang ada. Seperti dalam karya Dona Prawita Arissuta berjudul “Panchakuti” yang berbentuk keramik instalasi, dua puluh figur berkepala babi dan anjing duduk seperti dalam kelas, sementara figur perempuan berdiri di depan kelas itu sang guru berada di tengah para siswa yang demikian hancur kah? atau karya Wara Anindyah dan karya Khairudin, keduanya menghadirkan adegan sang murid yang tengah dijewer telinganya. inilah pelajaran pertama yang membekas: "kekerasan" tetapi jangan hanya melihat aspek negatifnya saja guru akan terus memerankan tugas mulianya. Seperti dalam karya Yogi Setyawan berjudul "Piwulangan Kang Adi Luhung vs Murid Mbeling" dimana digambarkan guru yang terus memerankan tugasnya dengan baik, meski didepannya terdapat murid yang kacau.Karya Hadi Soesanto bahkan bercerita bahwa belajar itu penting untuk meraih derajat yang tinggi juga demi ibadah yang tertuang dalam karyanya dengan judul "Dhuwur Drajade". Satu hal lagi yang menarik dalam pameran ini kita bisa melihat foto-foto lama dan juga kumpulan ijazah dari SD hingga ijazah sarjana karya Ali Umar tentu saja didalamnya mengandung pesan tersendiri. Karya-karya dalam pameran ini tentu bisa digunakan sebagai upaya membaca dunia pendidikan kita melalui tafsir visual.
Category: | Leave a comment
07.05 | Author: Kronika Jogja
Srisasanti Gallery kembali menggelar pameran seni visual. Pameran kali ini menampilkan karya-karya Aan Gunawan, dengan tajuk insight, Aan memamerkan dua puluh karya lukis. Menurut sang kurator,Aaa Nurjaman insight merupakan penerjemahan dari karya Aan Gunawan yang berpangkal pada konsep ide bawaan, intuisi naluriah ketika seseorang menangkap suatu kebenaran tanpa harus menghubungkan dengan logika. Uniknya , dalam setiap karyanya kali ini mengandung unsur lelehan air. Aan menerjemahkan air sebagai sumber kehidupan di bumi dimana ada air akan ada kehidupan. tapi sang seniman menyerahkan sepenuhnya pada pengunjung untuk menerjemahkan secara bebas pada setiap karyanya. pembukaan pameran ini dilangsungkan pada 24 April kemarin. Pameran ini sendiri akan digelar hingga 9 mei mendatang. Pameran dibuka secara resmi oleh bapak Eddy Prakoso selaku Chairman Srisasanti Gallery. Selain bisa menikmati karya-karya sang seniman, pengunjung juga disuguhkan dengan penampilan kelompok musik jazz Five'N. Karya-karya lukisan Aan Gunawan ini dikategorikan sebagai bagian perkembangan seni lukis abstrak kontemporer, dimana ekspresi yang tidak berpola menjadi ciri khas. 24April-9Mei 2009 Srisasanti Gallery
Category: | Leave a comment
12.32 | Author: Kronika Jogja
Jogja Expo Center 11-16 Maret 2009 Jogja Expo Center kembali menggelar Pesta Buku 2009. Di sini para pencinta buku dimanjakan dengan berbagai buku berharga miring. Pengunjung bisa mendapatkan berbagai macam buku di sini. Mulai dari komik, buku agama, novel, hingga buku pelajaran mulai SD sampai Perguruan Tinggi. Menariknya, berbagai penerbit memberikan diskon yang cukup berani, mulai tiga puluh persen hingga sembilan puluh persen. Penerbit yang ikut serta dalam pesta akbar ini antara lain, Gramedia, Buana Ilmu Populer, Erlangga dan Media Pressindo yang tergabung dalam IKAPI, Ikatan Penerbit Indonesia. Bagi anda yang ingin menjaga kerapian buku Anda, tersedia juga jasa sampul buku. Hanya dengan membayar sebesar Rp 1.000,00, Anda bisa mendapatkan buku yang rapi. Tidak hanya stand-stand buku dalam pesta buku ini juga terdapat stand dari SMKN 6 Yogyakarta. Di sini Anda bisa melihat dan membeli hasil karya siswa-siswi SMK ini, seperti taplak border, kebaya dan rambut palsu.
Category: | Leave a comment
12.11 | Author: Kronika Jogja
17 Maret 2009 Ars Longa Ruang Seni “Night With Us” merupakan tema yang diambil oleh ars longa kali ini. Event ini terdiri dari berbagai rangkaian acara yang dimulai sejak tanggal 14 Maret 2009 lalu. “Malam Tradisi” merupakan bagian dari rangkaian event ini. Pengunjung dapat menyaksikan karya dua dimensi dari para perupa, seperti Benny Carcass, Dwi Martono, Eki, Galang, Harlen, Hery S., Idris Brandy, Yoyok Sahaja dan karya koleksi Ars Longa Gallery Jakarta. Di samping itu tentu saja pengunjung disuguhi dengan pertunjukan inti, yaitu kecapi “Sunda Ampun Paralun Buhun”, pantun Melayu Riau oleh pelajar Indragiri Hilir, dan langgam Banyumas yang dibawakan duet pelantun jalanan Ibu Sarpin dan Ibu Sarminem, “Debu di Pelataran Sanggul”. Pengunjung tampak sangat menikmati pertunjukan malam itu. Saat pantun cerita percintaan melayu ditampilkan, pengunjung bahkan ikut terhanyut dalam suasana. Sahut-sahutan pantun Melayu dibawakan secara apik dan menggelitik. Langgam Banyumas yang dibawakan secara duet, juga tidak kalah menarik. Sebuah lagu berjudul “Perahu Layar” pun turut dinyanyikan. Bahkan dua pengunjung turut maju untuk ikut menari. Menurut Enjun Junaedi Attar, pengelola ruang seni Ars Longa, event ini melibatkan banyak seniman.
Category: | Leave a comment
12.10 | Author: Kronika Jogja
17 Maret 2009 Cemeti Art House Eko Nugroho, seniman muda Yogyakarta yang menunjukkan kecintaannya akan wayang, menggelar pameran tunggal pertamanya dengan tajuk “Hidden Violence”. Bertempat di Cemeti Art House, pamerannya kali ini merupakan proyek bersama yang dikerjakan bersama seniman lain. Pameran ini selain dibuka oleh Eko didampingi seniman lain juga dibuka oleh Alia Swastika selaku Kurator. Pengunjung tampak memadati ruang pamer. Tak hanya pengunjung lokal pameran tersebut juga dihadiri oleh warganegara asing. Yang menarik, dalam pameran ini pengunjung tidak hanya bisa melihat, namun juga dapat memainkan wayang-wayang yang dipamerkan. Hanya dengan memasukkan koin yang telah disediakan pihak penyelenggara, pengunjung bisa menggerakkan dan memainkan wayang-wayang tersebut. Pengunjung juga berkesempatan untuk menjadi dalang instan, memainkan wayang di belakang layer. Walaupun tema yang diambil berjudul “Hidden Violence” atau kekerasan tersembunyi, namun Eko ingin menunjukkan kesenangan dan keceriaan pada karya-karyanya kali ini. Inspirasi yang ia peroleh dalam pameran ini diperoleh dari ingatan masa kecilnya. Menurutnya suara gending dan keceriaan menonton wayang masih tertanam di benaknya. Konsep visualisasi untuk pameran ini sendiri bersumber dari gagasan tentang pasar malam. Selain berangkat dari gagasan tentang pasar malam, spirit tentanng bayangan dan cahaya dalam pertunjukkan wayang tradisi, pada akhirnya mengikat Eko dan tim kolabolatornya untuk berpijak pada gagasan ini dalam mewujudkan imaji visual.
Category: | Leave a comment
12.06 | Author: Kronika Jogja
Taman Budaya Yogyakarta 17-26 Maret 2009 Berbelanja tidaklah harus barang-barang baru, tetapi terkadang barang-barang bekas pun dapat menjadi sebuah pilihan. Itu pula yang menjadi inspirasi Widodo dalam menyelenggarakan pameran tunggalnya yang ketigabelas, yang bertajuk Flea Market atau pasar loak. Jangan berharap menemukan satu pameran dengan susunan yang megah layaknya pameran-pameran yang sering ada. Tetapi di sini anda akan menikmati suatu pameran dengan pola sebuah pasar. Jadi di sini anda dapat melihat aneka barang bekas dengan sentuhan artistik dari sang seniman, seperti sebuah bus rongsokan mobil kuno bekas, sepeda bekas dan aneka tulisan yang cukup familiar di telinga kita seperti awas anjing galak. Dengan dibantu sang kurator Kuss Indarto, Widodo sendiri ingin memberi tahu kepada masyarakat bahwa maksud dari pameran ini adalah jangan pernah memandang benda dari suatu harga tetapi niat kita untuk mencari suatu barang ketika kita membutuhkannya. Karena di pasar ini semua sama tak ada perbedaan strata atau ras. Mungkin pameran ini dapat menjadi salah satu pilihan anda dan keluarga dalam menikmati waktu luang yang ada sambil berekreasi, bermain bahkan belajar.
Category: | Leave a comment
11.58 | Author: Kronika Jogja
Lapangan Parkir Stadion Mandala Krida 13 – 14 maret 2009 Satu lagi pagelaran musik akbar diadakan di Yogyakarta. Acaranya bertajuk Class Carnaval SCTV 2009. Acara yang diadakan di Lapangan Parkir Stadion Mandala Krida itu menampilkan musisi-musisi papan atas Indonesia yang saat ini sedang naik daun. Class Carnaval digelar selama dua hari. Pada hari pertama, acara dibuka oleh penampilan band asal Yogyakarta, Jikustik. Acara lalu dilanjutkan dengan penampilan D’Masiv. Empat lagu yang dibawakan D’Masiv sukses menghipnotis penonton. Penampilan yang tak kalah seru juga ditampilkan oleh band Five Minutes. Keadaan semakin memanas saat Five Minutes, Keyla dan Vicky berkolaborasi membawakan lagu “Selamat Tinggal Masa Lalu”. Meski sempat terjadi sedikit kerusuhan, namun secara keseluruhan acara terbilang sukses. Di hari kedua, acara ini diisi dengan penampilan dari Seventeen, Gigi, Ratu, Ello dan The Changcuters. Selain panggung hiburan, Class Carnaval juga dimeriahkan oleh stand-stand yang menarik
Category: | Leave a comment
11.53 | Author: Kronika Jogja
Bentara Budaya Yogyakarta 14 – 18 maret 2009 Puthut EA, seorang penulis yang telah menerbitkan 41 judul buku, bekerjasama dengan empat perupa asal bandung mengadakan sebuah pameran bertajuk “Bebek Makelar Politik”. Pameran tersebut menarik, karena merupakan sebuah bentuk kerjasama antara seni sastra dan seni rupa. Keempat seniman yang berpartisipasi menampilkan karya yang merupakan intepretasi pribadi mereka atas karya-karya tulis Puthut. Kupi Arif, salah satu perupa yang berpartisi padi dalam pameran itu, menampilkan 4 lukisan dan 12 drawing. Salah satu karyanya yang menarik perhatian pengunjung adalah sebuah lukisan yang menampilkan sepasang kaki dan bebek yang didominasi warna hitam. Pembukaan pameran tersebut dilakukan pada hari Sabtu kemarin. Bersamaan dengan pembukaan pameran itu dilakukan launching empat judul buku terbaru Puthut EA berjudul “Seekor Bebek yang Mati di Pinggir Kali”, “Deleilah Tak Ingin Pulang”, “Cinta Tak Pernah Tepat Waktu”, dan “Makelar Politik, Kumpulan Bola Liar”. Pada malam pembukaan tersebut dilakukan pemecahan kendil bersisi uang receh yang merupakan simbolisasi bahwa selama ini indonesia dijual kepada makelar politik, dan yang bisa melawan adalah petani. Pembukaan pameran tersebut juga dimeriahkan oleh penampilan Untung Basuki dan orasi budaya oleh Tanto Tani. Berbagai seni visual dipamerkan dalam pameran tersebut seperti lukisan, fotografi dan patung. Salah satu karya yang paling menarik perhatian pengunjung adalah karya Putriani Mulyadi yang menampilkan sebuah kotak hitam berisi jaring-jaring kecil.
Category: | Leave a comment
11.49 | Author: Kronika Jogja
I Made Wiradana adalah seorang perupa yang sangat menyukai binatang. Saking sukanya, dia membuat banyak sekali visual binatang di dalam karya-karyanya. Namun kehadiran binatang dalam kanvasnya tersebut selalu dilakukannya dengan semangat bermain dan penuh humor. I Made Wiradana banyak mengolah tema-tema binatang dari sisi idiom, istilah, sampai simbolis. Contohnya adalah karya I Made Wiradana yang berjudul “Lidah Buaya”dimana dalam visualnya dia menampilkan beberapa (binatang) buaya yang lidahnya terjulur panjang tertancap di atas pot, layaknya tanaman. Atau lukisannya yang menampilkan jejeran para gadis yang tampak berpose cantik menunggu sesuatu; judul lukisan itu adalah “Kupu-kupu Malam”. Kehadiran Binatang dalam lukisan Wiradana tidak dalam bentuk yang utuh dan banal. Dia bisa berasal dari sebuah ejekan, guyonan atau istilah dalam kehidupan sehari-hari, yang diaplikasikan menjadi sesuatu yang ala kadarnya atau bahkan simbolis di atas kanvas. Disinilah praktek bermain-main Wiradana menemukan sisi jenialnya. Binatang menjadi bermakna dalam ruang lingkup permainan tanda dan visual yang menggoda untuk dipahami berbeda. Dalam hal ini lukisan Wiradana mengajak penontonnya untuk menemukan sisi makna dan relasinya dengan binatang bahkan dari judulnya yang juga bermuatan “kebinatangan”. “Binatangisasi” I Made Wiradana, ada dalam caranya mempergunakan “binatang” dan bukan hanya sekedar kebentukannya. Disinilah pameran “Eksodus Binatang” kali ini, menjadi begitu berbeda sekaligus menarik.
Category: | Leave a comment
18.55 | Author: Kronika Jogja
Sekaten merupakan budaya Yogyakarta yang masih terus hidup sampai saat ini. Acara ini digelar setiap tahunnya dalam rangka memperingati hari kelahiran nabi Muhammad SAW. Tanggal 2 Maret kemarin bertempat di keraton digelar rangkaian acara sekaten. Acaranya adalah penabuhan dan pengarakan gamelan dari Keraton ke Masjid Agung. Persiapan acara itu telah dimulai sejak sore hari. Kesibukan sangat kentara di wilayah Alun-Alun Utara Yogyakarta. Tepat pada pukul empat sore, gamelan dan beberapa alat musik lainnya dibawa keluar dari Keraton. Acara tabuh gamelan sendiri baru dimulai pada pukul tujuh malam. Selama tiga jam berturut-turut, gamelan terus ditabuh, diiringi dengan suara drum dan alunan seruling. Seluruh masyarakat berbondong-bondong menyaksikan acara yang memang dipersembahkan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono kepada rakyat Yogyakarta tersebut. Pada pukul sepuluh malam, gamelan mulai diarak menuju Masjid Agung Kauman. Segenap Abdi Dalem, keluarga Keraton, dan tak ketinggalan masyarakat ikut mengiringi jalannya prosesi tersebut. Di Masjid Agung Kauman selanjutnya gamelan-gamelan tersebut tadi akan disimpan selama satu minggu.
Category: | Leave a comment
18.52 | Author: Kronika Jogja
Robot tidak hanya berfungsi sebagai alat permainan bagi anak-anak saja. Saat ini robot telah memainkan fungsi yang cukup penting dalam kehidupan manusia. Sebut saja robot perakit kendaraan bermotor, robot yang dapat melakukan bedah jantung, robot yang bertugas melakukan penelitian di luar angkasa, dan lain sebagainya. Berbagai kecanggihan robot itulah yang coba ditampilkan dalam event bertajuk Robot Robotics yang baru saja digelar di Taman Budaya Yogyakarta. Dalam pameran tersebut ditampilkan berbagai macam bentuk robot dari jaman dulu hingga sekarang. Robot-robot tersebut merupakan sumbangan dari kolektor robot di seantero Yogyakarta. Ada juga lukisan bertema robot, informasi mengenai sejarah robot, dan juga berbagai robot hasil kreasi mahasiswa Yogyakarta yang tentunya sangat menarik untuk disaksikan. Penonton yang menghadiri pameran ini lebih didominasi oleh kalangan anak-anak.
Category: | Leave a comment
18.48 | Author: Kronika Jogja
Seni dan budaya merupakan wacana yang tak pernah lepas dari kehidupan masyarakat. Banyaknya komunitas seni yang bermunculan, menjadi tolok ukur pesatnya perkembangan seni dan budaya dalam masyarakat kita. Adalah Komunitas Pendopo, sebuah komunitas seni dari Lembaga Kajian Islam dan Sosial (LKIS), yang baru saja mengadakan pembukaan kolaborasi seni bertajuk “Buka Pintu”. Buka Pintu sendiri merupakan bentuk pembukaan dari acara yang selanjutnya akan rutin diadakan setiap minggunya oleh kelompok seni ini. Pembukaan event ini dilakukan dengan pemotongan tumpeng oleh Rif'an, Ketua Koordinator Komunitas Pendopo. Acara utama Buka Pintu ini sendiri menampilkan berbagai kolaborasi seni, seperti pembacaan puisi, teater musikal, dan pameran lukisan. Selain itu, pengunjung juga semakin dihibur dengan aksi melukis secara langsung yang dilakukan oleh para seniman dari Komunitas Pendopo.
Category: | Leave a comment
18.42 | Author: Kronika Jogja
Sebuah pameran performance art bertaraf internasional baru saja diadakan di Yogyakarta. Acaranya diberi tajuk Asian Youth Imagination kedua. Acara ini merupakan lanjutan dari acara serupa yang diadakan di Jepang pada bulan Desember 2008 lalu. Pameran ini diikuti oleh 15 orang performer muda yang berasal dari Asia, seperti Jepang, Korea, Myanmar, Sri Lanka, India, Taiwan, dan tak ketinggalan Indonesia. Usia seniman yang berpartisipasi dalam acara ini dibatasi dengan rentang umur 33 hingga 19 tahun. Asian Youth Imagination Kedua diinisiasi oleh tim produksi bernama “We Are Imagining” yang anggotanya juga berusia muda. Acara ini menampilkan semua elemen yang ada dalam performance art, seperti video performance, dokumentasi performance, live performance, dan lain sebagainya. Salah satu performance yang cukup menarik perhatian pengunjung adalah aksi seorang seniman yang tampak berusaha menyatukan lembaran-lembaran uang kertas menggunakan klip. Setelah terkumpul, rangkaian uang yang panjang tersebut lantas dililitkan ke seluruh tubuh sang seniman. Selain itu, ada juga aksi seniman asal Jepang yang menampilkan aksi penanaman bibit tumbuhan di dalam sepatu. Penonton yang hadir tampak sangat menikmati segala penampilan yang disuguhkan. Melalui press release-nya, pihak tim produksi mengharapkan agar pameran ini dapat membangun dan memperluas jaringan antar seniman muda Asia.
Category: | Leave a comment
18.38 | Author: Kronika Jogja
Mural tidak selalu identik dengan melukis pada dinding. Seperti lomba mural yang baru saja diadakan di Museum Benteng Vrederburg, bertajuk 1001 Tong Sampah. Berbeda dengan lomba mural lainnya, lomba mural kali ini menggunakan media utama tong sampah. Para peserta terdiri dari kalangan pelajar SMP, SMA, mahasiswa, dan kalangan umum. Mereka tampak saling berlomba menghiasi tong sampah mereka semenarik mungkin. Lomba mural 1001 Tong Sampah ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya membuang sampah pada tempatnya. Acara ini dimeriahkan dengan penampilan artis kenamaan ibukota, Dik Doang. Selama kegiatan berlangsung, peserta dan para pengunjung dihibur dengan aksi musikal anak-anak jalanan. Selain lomba mural, pada arena tersebut para pengunjung juga dapat menyaksikan pameran desain interior yang diprakarsai oleh para mahasiswa ISI Yogyakarta.
Category: | Leave a comment
18.32 | Author: Kronika Jogja
Sastra, seni yang tak pernah habis untuk di apresiasikan. Beragam bentuk apresiasi dari sastra tercipta. Diangkat dari puisi M.H Ainun Najib teater bertajuk “Sebuah Cerita Dari Negeri Kucing” yang di sutradarai oleh Muhammad Mahatma ini digelar. Menceritakan tentang negeri kucing dengan warna yaitu merah, kuning dan hijau. Meskipun hanya cerita anak-anak visualisasi teater ini syarat dan simbolis orde baru. Setelah pertunjukan selesai pertunjukan dilanjutkan dengan diskusi sastra, penonton di ajak bertukar pendapat dan tanya jawab.
Category: | Leave a comment
18.24 | Author: Kronika Jogja
Yogyakarta, kota pendidikan dengan perguruan-perguruan tinggi terkemuka menjadi sebuah kawah condrodimuko untuk menuntut ilmu dan meraih cita-cita. Mahasiswa pendatang di Yogyakarta lebih banyak di banding mahasiswa lokal, sehingga keanekaragaman budaya dan bahasa banyak di jumpai. Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Acara ini ditujukan untuk menambah wawasan nusantara serta memupuk jiwa persatuan & kesatuan diantara mahasiswa yang belajar di Yogyakarta. Gelar budaya di Bangsal Kepatihan ini disambut oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X, setelah memberi sambutan Sri Sultan mendapat cendera mata dari 8 perwakilan mahasiswa dari daerah masing-asing yaitu perwakilan mahasiswa Batak, Bali, Nias, Dayak, Jabar, Jateng, DIY dan Melayu. Keanekaragaman ini disuguhkan dengan seni tari, lagu dan musik yang dibawakan mahasiswa-mahasiswa perwakilan yang belajar di perguruan tinggi swasta di Yogyakarta.
Category: | Leave a comment
17.30 | Author: Kronika Jogja
Yogyakarta sebagai kota budaya kembali memberikan apresiasinya untuk selalu memediasi seniman-senimannya agar bisa mengeksistensikan karyanya. Sebut saja David Armi Putra, seorang seniman yang berasal dari Sumatera Barat ini sukses menggelar pameran pertamanya yang bertema “An Ode To The Everyday” yang mana tema An Ode To The Everyday digunakan untuk merepresentasikan kehidupan yang sering terjadi disekitar kita. Pameran yang diselenggarakan di Tembi Contemporary Yogyakarta ini menampilkan 10 karya dua dimensi yang dibuat menggunakan pensil arang dan pensil warna dan juga 4 karya tiga dimensi yang dibuat menggunakan fiberglass dengan cat car paint. Pengunjung yang terdiri dari beberapa elemen masyarakat seperti kalangan mahasiswa, penikmat seni, kolektor, dan pejabat tinggi daerah tampak menikmati pameran yang dilengkapi dengan beberapa sajian-sajian pendukung seperti warung-warung tradisional dan performa-performa yang ada. Menurut rencana awal, pameran ini akan dibuka oleh Bupati Bantul, Drs. H. Mohammad Idham Samawi, Namun karena beliau berhalangan hadir, pembukaan pmeran ini diwakili oleh Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bantul, Drs. Suyoto H. S., Msi, Mma. Walaupun sempat diguyur hujan, animo masyarakat untuk menglihat pameran ini sangat tinggi.
Category: | Leave a comment
17.59 | Author: Kronika Jogja
Pertunjukan DJ di tepi jalan. Tema itulah yang diangkat dalam Sound Class pertama yang diadakan minggu lalu. Acara yang mengambil tempat di kawasan Malioboro ini diadakan oleh komunitas DJ Principle of South. Komunitas tersebut telah malang-melintang di dunia DJ internasional. Jadi, kualitasnya tidak perlu diragukan lagi. Event ini menampilkan beberapa DJ kaliber dunia, seperti DJ Dubyouth, Dash, Latex, dan DJ Deathbeetle dari Australia. Tak heran jika kemudian acara ini mengundang banyak penonton. Baik wisatawan lokal maupun asing menyaksikan acara ini dengan penuh antusias. Selama 4 jam dari pukul 11 malam hingga pukul 3 pagi, para penonton terus disuguhi berbagai musik up-beat yang dimainkan para DJ. Tujuan diadakannya Sound Class ini sendiri adalah untuk mengekspresikan jiwa dan musikalitas para DJ/ yang turut ambil bagian dalam event ini. Musik yang dimainkan sebagian besarnya ber-genre House Music. Event DJ di tepi jalan ini adalah yang pertama di Jogja. Ada kemungkinan event serupa akan diadakan kembali secara periodik di waktu-waktu mendatang. Dari kawasan Malioboro, Candra Himawan melaporkan untuk Kronika Jogja.
Category: | Leave a comment
17.58 | Author: Kronika Jogja
Selama ini seniman dikenal sebagai sosok individualis yang berkarya berdasarkan intuisi personalnya. Tak banyak seniman yang mau bekerjasama dalam sebuah kelompok dalam menghasilkan karya. Beberapa di antaranya adalah para seniman yang tergabung dalam pameran Re-Form. Dalam pameran tersebut, 33 perupa saling berdialog, menyumbangkan ide, dan memberi kritik atas karya masing-masing perupa. Seluruh prosesnya memakan waktu selama 6 bulan. Sungguh, sebuah waktu yang panjang dan cukup melelahkan. Pameran ini dibuka dengan sambutan Dedy Iryanto dari Langgeng Gallery, perwakilan Jogja National Museum Rizky Summersbee, dan kurator Langgeng Gallery, Arahmaiani. Dalam pidato singkatnya, Dedy Iryanto mengharapkan adanya terobosan baru dalam pameran Re-Form, sehingga membawa angin segar bagi kehidupan seni di Yogyakarta. Selain itu, pembukaan pameran tersebut dimeriahkan dengan penampilan Nightlover Band, Roll Ringtone’s Band, dan DJ performance oleh Principal of South. Pada pembukaan malam itu, juga diadakan pembuatan lukisan siluet di dinding yang dilakukan oleh beberapa perupa secara langsung. Hampir sebagian besar lukisan yang dipamerkan dalam pameran ini bernuansa politik. Seperti lukisan karya Erwan Iwank Heri Susanto yang berjudul “Parade Balon Udara”. Lukisan tersebut menggambarkan keadaan saat ini di mana banyak partai politik yang berlomba-lomba mendapatkan kedudukan tinggi, demi meraih kemenangan dalam pemilu 2009 nanti. Isu agresi Irak terhadap Palestina pun tak luput dari perhatian para seniman. Tema tersebut muncul dalam beberapa karya, salah satunya dalam lukisan karya Tohjaya Tohu berjudul “Sri Laron”. Dari Jogja National Museum, Gari Rakai Sambu, Arman Maulana melaporkan untuk Kronika Jogja.
Category: | Leave a comment
17.58 | Author: Kronika Jogja
Siapa bilang sebuah karya seni harus terikat dengan aturan yang baku? Sebuah karya seni bisa saja keluar dari konsep yang diajarkan dalam bangku akademik. Selain itu, sebuah karya merupakan hasil dari proses kreatif, di mana kreativitas seseorang tak dapat dibatasi oleh apapun, bahkan oleh teori. Hal inilah yang coba dibuktikan para seniman yang ikut serta dalam pameran seni rupa bertajuk “Senang-Senang”. Dalam pameran tersebut, para seniman menciptakan karya dengan keluar dari konsep-konsep baku dan teori-teori mapan dengan memutuskan hubungan dari kungkungan cara pemahaman masa lalu. Bagi para seniman tersebut, hal ini perlu dilakukan agar mereka dapat berpikir dan memandang segala sesuatu dengan lebih terbuka. Dengan begitu, diharapkan akan lahir karya-karya besar yang lebih bebas, kreatif, dan terlepas dari segala macam teori maupun konsep baku. Tema “Senang-Senang” sendiri dimaksudkan agar kita dapat sedikit bersenang-senang, dan melupakan carut-marut berbagai problem multi dimensional baik nasional maupun global, yang hingga awal tahun ini masih terus berputar dan semakin membesar. Dari Tujuh Bintang Art Space, Ichsan Anggara, Alip Aditya melaporkan untuk Kronika Jogja.
Category: | Leave a comment
17.57 | Author: Kronika Jogja
Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta, bekerjasama dengan Fakultas Adab Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, menggelar festival Sastra Yogyakarta. Pembukaan festival ini dihadiri oleh pejabat tinggi, yaitu Ketua DPRD, Ketua Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta, Rektor UIN, Dekan Fakultas Adab, dan Walikota Yogyakarta, Bapak Heru Zudianto. Selain itu festival ini juga dihadiri oleh sejumlah mahasiswa, dosen, seniman, sastrawan, dan pers. Festival ini dibuka oleh Rektor UIN. Dalam sambutannya, beliau mengatakan bahwa karya sastra merupakan ruh suatu bangsa. Dalam acara pembukaan ini juga diberikan penganugerahan novel Islami, kepada Abidah El Khalieqy, penulis novel “Wanita Berkalung Surban”. Launching film “Wanita Berkalung Surban” sendiri diadakan di hari yang sama dengan festival ini. Walikota Yogyakarta juga turut meresmikan situs web resmi Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta. Dalam pidatonya, beliau mengatakan bahwa beliau ingin membangun pusat seni yang dibungkus dengan teknologi modern, namun tidak mengubah keaslian budaya kita. Bagi beliau, sejarah bukan hanya tentang peristiwa melainkan nilai-nilai di dalamnyalah yang harus kita petik. Dari UIN Sunan Kalijaga, Intika Chunda, Wulan Damayanti melaporkan untuk Kronika Jogja.
Category: | Leave a comment
17.56 | Author: Kronika Jogja
Keberadaan uang sudah ada sejak zaman purba, bahkan mungkin sudah seusia peradaban manusia sendiri. Bentuk mata uang juga bermacam-macam, mulai dari kerang, batu, logam, kain dan juga kertas. Hal inilah yang coba ditampilkan dalam pameran bertajuk Duit Munten yang diselenggarakan di Bentara Budaya Yogyakarta. Duit Munten sendiri memiliki arti uang kertas dan uang logam. Kedua kata tersebut berasal dari bahasa Belanda. Pameran ini merupakan hasil kerjasama antara Bentara Budaya dengan beberapa kolektor numismatik di Yogyakarta, seperti Yan Arista, Noel Yunanto, Haris Kertorahardjo, dan Hermanu. Pameran ini unik, karena mempunyai nilai sejarah yang cukup rumit. Di samping itu, dari sudut pandang seni rupa, uang mempunyai nilai artistik yang tinggi, karena grafis yang tercetak pada uang sangat unik dan otentik. Benda-benda yang dipamerkan meliputi uang kertas Indonesia sejak abad ke-18, uang logam Jepang, uang kertas jaman pemerintahan Hindia Belanda, uang kertas Saudi Arabia, uang kertas Yugoslavia, alat penghitung uang, brankas, uang logam kuno, kertas saham, surat pinjaman, buku tabungan zaman Jepang, dan berbagai alat tukar kuno lainnya. Beberapa lukisan yang mengambil tema uang pun turut ditampilkan dalam pameran tersebut. Beberapa di antaranya adalah lukisan karya Yuswantoro Adi berjudul “Mengagumi Kartini”, dan lukisan karya Melodia berjudul “Tengah Hari di Tanah Impian”. Dari Bentara Budaya Yogyakarta, Arman Maulana, Gari Rakai Sambu melaporkan untuk Kronika Jogja.
Category: | Leave a comment
22.01 | Author: Kronika Jogja
Tak banyak seniman yang membuat karya seni menggunakan inspirasi berupa mainan. Adalah Yopi Cahyo Basuki, salah seorang seniman yang seluruh karyanya terinspirasi dari mainan, seperti mobil-mobilan, dan motor-motoran. Di awal tahun 2009 ini ia baru saja mengadakan pameran tunggal bertajuk “Pudding Hill”. Pameran ini diadakan di Bentara Budaya Yogyakarta. Dalam pameran ini Yopi memamerkan sekitar 121 karya seni yang sebagian besarnya merupakan karya tiga dimensi. Dari 121 karyanya, 44 berbentuk mobil-mobilan, 61 berbentuk serangga, dan 16 lainnya merupakan lukisan. Dalam pameran ini Yopi ingin menyajikan gambaran imajinatif tentang suatu tempat yang akan sangat menyenangkan, penuh mainan tetapi tidak harus difungsikan sebagaimana adanya. Dalam “Pudding Hill” ini Yopi bisa membuat bentuk dan fungsi dari mainan sesuai dengan apa yang ia rasakan, tanpa terbentur mainstream yang berlaku. Yopi memulai pembuatan karya-karyanya dari tahun 2007, dengan menggunakan barang-barang bekas. Yang unik, sebagian besar karya Yopi beroda dan dapat digerakkan. Salah satu karyanya bahkan diberikan rel, dan dapat dimainkan oleh para pengunjung. Konsep interaksi antara karya dan para pengunjung inilah yang diinginkan oleh Yopi. 6 – 14 Januari 2009 Bentara Budaya Yogyakarta
Category: | Leave a comment
21.59 | Author: Kronika Jogja
Mengawali tahun 2009, Taman Budaya Yogyakarta menggelar sebuah pameran bertajuk Fiber Face. Pameran ini menguak sisi wajah ibu-ibu komunitas butik yang membangun kembali harga diri dan kemandirian sosial-ekonomi dari dusun mereka yang tertinggal. Selain memamerkan berbagai ragam batik, pameran ini juga menampilkan seni serat. Seni serat sendiri merupakan sebuah fenomena baru dalam kancah seni kontemporer Indonesia yang tengah digandrungi saat ini. Bahan baku dalam seni serat adalah anyaman bambu, rotan, jerami, sabut tali-temali, sulaman, tenun, bulu, kertas, dan lain sebagainya. Dalam pameran ini, khususnya pada bagian seni serat, kita akan menjumpai karya instalasi, patung, wayang kolase, atau dan segala hal yang berbahan baku serat. 3 – 11 Januari 2009 Taman Budaya Yogyakarta
Category: | Leave a comment
21.58 | Author: Kronika Jogja
Adalah Pasukan Bumi, kelompok seni yang baru saja menggelar pameran dan presentasi bertajuk “Back” atau kembali. Pasukan Bumi adalah kumpulan seniman yang berasal dari Jogja dan Bandung. Anggota kelompok seni ini antara lain Andita Purnama, Dita Gambiro, I Wayan Upadana, dan Toto Nugroho. Kelompok ini unik, karena mereka hanya berdiskusi via online. Dan konon, sebelumnya mereka belum pernah bertatap muka secara langsung. Konsep awalnya, seni rupa berjenis objek dan beberapa rancangan karya seni rupa yang di luar kebiasaan mereka. Para seniman yang tergabung dalam Pasukan Bumi ini menghadirkan karya-karya dengan bahan yang dekat dengan kita, seperti lemari es, telepon, remote control, dan gaun. Karya-karya mereka lantas dibawa ke ruang publik, seperti di pinggir jalan, pantai, dan lain sebagainya. Reaksi masyarakat yang beragam kemudian mereka dokumentasikan dalam karya-karya berikutnya, berupa foto, lukisan, jejak karya, dan lain sebagainya. Reaksi-reaksi masyarakat ini juga ditampilkan dalam ruang galeri.5 – 14 Januari 2009 Roommate Gallery
Category: | Leave a comment
21.57 | Author: Kronika Jogja
Sebagai penutup tahun 2008, V-art Gallery menyelenggarakan pameran dengan tema “Refleksi Ruang dan Waktu”. Pameran ini dibuka tepat sehari menjelang 2009. Pameran ini memiliki pesan yang kuat, yaitu mengajak kita untuk melakukan refleksi diri terhadap banyak hal yang sudah kita lalui. Maksud dari “Refleksi Ruang dan Waktu” sendiri adalah ruang bisa berarti yang fisik, yang nyata, dan yang imajiner. Sama halnya dengan waktu, sesuatu yang tidak dapat diraba, namun merupakan sesuatu yang nyata. Persepsi tentang ruang berpotensi mengubah cara pandang terhadap semua hal. Pameran ini menghadirkan tiga kata kunci sekaligus, yakni refleksi, ruang dan waktu. Kata refleksi sendiri mengisyaratkan tentang kata kerja, yang merupakan sebuah aktivitas. Pameran ini mengundang seniman-seniman dari berbagai kota, antara lain Yogya, Bandung, Jakarta, dan juga dari luar Jawa, yaitu Bali.V-art Gallery Cafe 30 Desember 2008
Category: | Leave a comment
21.55 | Author: Kronika Jogja
Menyongsong Tahun Baru 2009, Tengkiu Shop mengadakan sebuah art exhibition bertajuk “Unhappy New yeah!”. Tujuan dari pameran ini adalah mengangkat tema-tema urban, graffiti, dan alat-alat permainan. Tak aneh jika kemudian pada pembukaan pameran ini lebih banyak dihadiri oleh pengunjung dari kalangan remaja dan anak-anak. Menurut rencana, Tengkiu Shop akan mengadakan pameran serupa dua kali dalam setahun. Pameran kedua menurut jadwal, akan diadakan dalam minggu ketiga bulan Januari ini. Tengkiu Shop sendiri baru pertama kali mengadakan pameran seperti ini. Persiapan pameran ini, seperti persiapan barang-barang yang akan dipamerkan, mendesain lokasi pameran, dan bekerja sama dengan kelompok seni di Jogja, dilakukan relatif cepat, yaitu hanya sebulan sebelum pameran dilangsungkan.Tengkiu Shop 1 – 7 Januari 2009
Category: | Leave a comment
21.54 | Author: Kronika Jogja
Tanggal 5 – 31 Desember 2008 digelar sebuah pameran tunggal di Kedai Kebun Forum. Pameran tunggal ini memajang karya-karya dari seniman Surya Wirawan. Di pameran tersebut, Surya Wirawan menggunakan beberapa varian komik, seperti komik larik dan menggunakan tokoh-tokoh punakawan sebagai subyek utama karyanya. Dia tidak menggunakan media kanvas sebagai alas lukisnya, melainkan hanya menggunakan kertas-kertas mungil. Urusan sehari-hari, tilang motor, antri beras dan minyak tanah adalah kegiatan sosial yang menjadi tema umum karya-karyanya. Kesederhanaan bentuk dan kerumitan pengerjaannya menjelaskan mengapa komik ini tidak tercetak di koran, tetapi terpajang di ruang pamer. Kualitas cetak koran tidak akan memenuhi kerumitan detail warna dan garis dari karya-karya ini. Karya-karyanya memang layak mendapat tempat bagi apresiasi dalam taraf internasional seperti yang diungkapkan Karim Razlar, wisatawan asing asal Kuala Lumpur, Malaysia.5 – 31 Desember 2008 Kedai Kebun Forum
Category: | Leave a comment
21.53 | Author: Kronika Jogja
Kritik sosial tidak hanya bisa diungkapkan melalui iklan layanan masyarakat, atau pembicaraan formal saja. Kritik sosial juga dapat dikemas dalam bentuk yang lebih santai, bahkan menghibur. Seperti yang ditunjukkan oleh paguyuban “Ketoprak Contong” dalam ketoprak Eksekutif Legislatif berjudul “Wahyu Keprabon”. Pertunjukkan ketoprak yang disutradarai oleh Moro Asmorodono ini mengangkat lakon Damar Wulan. Alkisah, dalam memperebutkan kekuasaan, Damar Wulan harus berjibaku melawan raksasa Minakjinggo yang jahat. Selain itu, Damar Wulan juga harus mengatasi kelicikan dua putra Patih yang juga ingin mendapatkan kekuasaan dari Sang Ratu. Berbagai humor yang diselipkan di tengah cerita sanggup membuat penonton terpingkal-pingkal. Sang penulis naskah dengan apik mampu menyelipkan kritik terhadap kebijakan pemerintah mengenai pengalihan minyak tanah ke elpiji yang kurang lancar dalam pendistribusiannya. Kritik sosial lain seperti mahalnya harga beras, dan lain-lain yang disertakan dalam beberapa dialog, membuat ketoprak ini begitu dekat dengan keadaan masyarakat saat ini. Penonton yang menghadiri acara ini datang dari berbagai lapisan usia. Mulai dari anak-anak, hingga usia lanjut tampak asyik menikmati cerita yang disuguhkan. Pertunjukkan ini sendiri digelar dalam rangka menyambut Pemilu 2009. Begitu banyak pesan moral yang dapat kita petik dari pertunjukan ini, seperti larangan untuk pamer dan takabur, serta larangan menggunakan kekerasan dalam meraih kekuasaan. Yang menarik, pemeran dalam ketoprak ini tidak hanya berasal dari peguyuban Ketoprak Contong saja. Walikota Yogyakarta, dan Kepala Kejaksaan Yogyakarta juga ikut memerankan lakon. 23 Desember 2008 Taman Budaya Yogyakarta
Category: | Leave a comment
21.46 | Author: Kronika Jogja
Sebanyak 48 mahasiswa dan 28 staff pengajar Fakultas Seni Rupa ISI Yogyakarta baru saja menggelar sebuah pameran seni visual yang diberi tajuk “Dedication To The Future”. Karya-karya yang ditampilkan meliputi karya lukis, patung, dan grafis. Pameran ini terselenggara atas kerjasama Jurusan Seni Murni Fakultas Seni Rupa ISI Yogyakarta dengan Jogja Gallery. Bersamaan dengan pameran, diselenggarakan pemberian penghargaan “Academic Art Award Kedua” untuk kategori perupa muda, kategori perupa profesional, kategori media massa cetak, dan kategori tokoh pendidik seni. Penghargaan ini merupakan upaya Jurusan Seni Murni ISI Yogyakarta dan Jogja Gallery mendorong siapapun untuk ringan hati memberikan penghargaan pada capaian-capaian seseorang atau institusi yang sudah mendedikasikan profesinya. Seperti tajuknya, pameran ini bagaikan upaya “menanam masa depan”; menanam kemungkinan-kemungkinan untuk menjaring dan mendorong. Menjaring para perupa masa depan yang terampil, cerdas, berpengetahuan luas, berkecakapan sosial baik, serta memiliki kerendahhatian untuk terus berproses dan bergaul, terlatih memberikan penghargaan pada capaian-capaian orang lain. Kemudian mendorong munculnya para penyangga yang profesional; galeri, sponsor, institusi, apapun dan dari manapun yang berhasrat melakukan investasi budaya. 17 Desember 2008 – 11 Januari 2009 Jogja Gallery
Category: | Leave a comment
12.28 | Author: Kronika Jogja
Pameran besar seni rupa the highlight yang di adakan fakultas seni rupa ISI yogyakarta ini mengadakan beberapa rangkaian acara yaitu Olimpiade Seni Rupa, kompetisi terbuka seni rupa untuk seluruh pelajar SMU/SMK di Indonesia. Artis talk menghadirkan Pembicara Dipo Andi, Venzha, dan Nyoman Erawan seniman-seniman yang lahir dari ISI ini memaparkan penggalian berbagai sumber ilmu, teknologi maupun persilangan seni dengan perkembangan bioteknologi untuk menciptakan karya yang menarik. Rangkaian acara seminar juga di gelar di ruang kuliah Desain Fakultas seni rupa, menghadirkan M. Arief Budiman pimpinan P.T Petak Umpet yogyakarta, Budi Irawanto Pengamat komunikasi & Dosen fisipol UGM,dan Heri Dono seniman internasional, dengan moderator oleh Kuss Indarto Pengamat seni rupa & kurator independen. Tujuan seminar untuk memperlihatkan berbagai perspektif dalam melihat format presentasi dan interaksi seni rupa dalam lingkup nasional, regional dan internasional di tengah praktik mediasi dan jejaring era industri kreatif. 20-31 Desember 2008 Jogja Nasional Museum
Category: | Leave a comment
12.27 | Author: Kronika Jogja
Pada tanggal 18 Desember lalu, Tujuh Bintang Art Space menggelar pembukaan pameran lukisan karya Wahyu Geiyonk dan Jemi Bilyanto. Selain dihadiri oleh kedua pelukis, pada pembukkaan itu, Bapak Sapto Adi Nugroho selaku direktur Tujuh Bintang Art Space juga hadir untuk mengucapkan kata sambutan. Alunan musik Blues dari Jasmine Band menambah semarak pembukaan pameran itu. Menurut M. Dwimaryanto, Sang Kurator, OFF/ON memiliki arti “Dari Tertutup ke Terbuka”. Hal ini sangat senada dengan tema lukisan yang ditampilkan baik oleh Wahyu maupun Jami. Dalam kesempatan kali ini, Wahyu Geiyonk menggunakan obyek bayi dengan mata terpejam. Kedalaman wajah sang anak yang tengah tertidur, dan bau nafasnya yang menginspirasi Wahyu dalam menghasilkan ke-17 karya indahnya. Di setiap wajah bayi, Sang Pelukis menambahkan obyek kupu-kupu yang seolah tengah terbang keluar dari kepompongnya untuk mewarnai dunia. Bagi Wahyu, seorang anak memiliki tugas yang sama dengan kupu-kupu: lahir ke dunia untuk memberi warna dalam kehidupan keluarga. Sementara itu, berbeda dengan Wahyu, Jemi Bilyanto menggunakan obyek berupa anak kecil dengan mata terbuka. Ke-13 lukisan yang ia tampilkan merupakan buah pengamatannya terhadap anak-anak metropolis yang kurang mendapatkan kasih sayang dari orangtua mereka. Dalam karyanya, Sang Pelukis ingin menyampaikan bahwa bukan hanya anak, namun orangtuapun harus bisa melihat dan memperhatikan anak-anaknya. Pameran lukisan yang sarat dengan pesan kehidupan ini sangat sayang untuk Anda lewatkan. Rasakan keindahan karya Wahyu Geiyonk dan Jemi Bilyanto dalam pameran ini, karena ON/OFF masih berlangsung hingga 31 Desember. Dari Tujuh Bintang Art Space, Chandra Himawan, Wulan Damayanti melaporkan untuk Kronika Jogja.Tujuh Bintang Art Space 18 – 31 Desember 200
Category: | Leave a comment
12.24 | Author: Kronika Jogja
Festival Wayang Indonesia 2008 yang Kedua Taman Budaya Yogyakarta 13-17 Desember 2008 Seni pedalangan merupakan salah satu pilar budaya bangsa yang dapat menjadi wacana dan wahana budaya untuk mempertinggi harkat dan martabat bangsa. Kiranya hal itulah yang menjadi topik utama dalam event besar yang diadakan di Taman Budaya Yogyakarta baru-baru ini. Festival Wayang Indonesia 2008 yang Kedua itulah tajuk yang diangkat kali ini . Dan sesuai judulnya, festival wayang ini menjadi festival kedua setelah event pertama yang sukses diadakan di Surabaya pada 1 Desember 2005 lalu. Adalah PEPADI, organisasi seni yang mewadahi kegiatan seni pewayangan dan pedalangan di Indonesia yang menjadi pelopor sekaligus sponsor terbesar acara ini. Sebanyak 18 dalang terbaik dari 18 pulau di Nusantara ditampilkan dalam event akbar ini. Penonton tak hanya berasal dari Yogyakarta, namun juga dari berbagai daerah di Indonesia, dibuat terkesima ketika menyaksikan seluruh dalang beraksi. Ke-18 dalang saling berlomba, menampilkan kemampuan terbaiknya, untuk mendapatkan penilaian tertinggi dari dewan juri. Setelah waktu penilaian yang alot, ditetapkanlah juara dalam acara ini, yaitu ki sigit ariyanto dari Komda Pepadi Jawa Tengah sebagai dalang terbaik dan satu garap lakon terbaik. Ki Apep Hudaya sebagai Satu garap catur terbaik, Ki Cahyo Kuntadi sebagai satu garap sabet terbaik dan satu garap karawitan dimenangkan oleh Ki Hapi Sutikno. Dari Taman Budaya Yogyakarta, Arman Maulana, Sendang Eko Rini melaporkan untuk Kronika Jogja.Taman Budaya Yogyakarta 13-17 Desember 2008
Category: | Leave a comment
12.08 | Author: Kronika Jogja
Java’s Machine: PhantasmagoriaJompet Kuswidananto, seorang seniman berbakat Yogyakarta, baru-baru ini mengadakan pameran tunggal bertajuk “Java’s Machine: Phantasmagoria”. Pameran yang diadakan dari 15 Desember hingga Januari 2009 ini merupakan presentasi proyek seni Jompet yang memiliki makna berlapis-lapis. Dalam Java’s Machine, Jompet memadukan unsur video dengan bunyi dan obyek-obyek kinetik. Minat Jompet terhadap karya-karya yang cenderung tak lagi populer di kalangan seniman segenerasinya selalu dapat tersalurkan secara unik lewat kemampuan artistiknya. Karya dari seniman yang lahir 32 tahun silam ini terinspirasi oleh risetnya tentang kebudayaan masyarakat Jawa lama, tepatnya pada masa kolonialisasi, yaitu ketika Belanda untuk pertama kalinya memperkenalkan mesin ke dalam kehidupan para petani. Alat-alat yang digunakan Jompet dalam pameran ini berupa drum, radio, senjata api, topi, dan sepatu tentara zaman dulu. Pameran ini sendiri menandai peluncuran perdana proyek seni di Indonesia secara lebih utuh, setelah sebelumnya tampil pada perhelatan Yokohama Triennale 2008 di Jepang beberapa bulan yang lalu. Kosmologi saintifik – modern – cenderung memandang semesta layaknya sebuah “mesin”. Bertolak belakang dengan itu, karya Jompet malah menawarkan gagasan tentang mesin, perangkat mekanik buatan manusia.Cemeti Art House, jogja 15 Desember 2008 – (Gak ada tanggalnya) Januari 2009
Category: | Leave a comment