02.30 | Author: Kronika Jogja
Alunan musik klasik terdengar di Taman Budaya Yogyakarta mengiringi pertunjukan film bisu di tengah temaramnya cahaya lampu di dalam gedung pertunjukan. Pemutaran film bisu Fritz Lang dengan judul Takdir atau Der Mude Tod ini diiringi oleh orkestra yang dipimpin oleh Piere Oser, seorang dirigen dari Jerman. Setelah pertunjukan perdana di Hanoi, film bisu klasik yang kali ini dipentaskan di Indonesia, terlaksana berkat kerja sama Goethe-Institut Hanoi dan Jakarta. Tahun-tahun terakhir ini gubahan baru untuk film-film bisu jadi sesuatu yang penting dan merupakan inovasi di dunia perfilman Jerman. Biasanya film bisu diiringi oleh seorang pianis saja tapi pemutaran film bisu kali ini beda dari biasanya. Kali ini Perre Oser membawa 24 pemusik dari Vietnam National Academy of Music untuk mengiringi komposisi yang dia tulis buat film Der Mude Tod. Komposisi yang ia gunakan adalah kombinasi dari bunyi orkestra nyata dan suara yang sudah terekam dalam film.

Namanya juga film bisu, sudah tentu tidak ada suara percakapan dalam film ini. Dialog antar pemain hanya ditunjukan dengan tulisan yang tertera di layar. Dalam film cerita romantis tragis ini, dikisahkan seorang gadis yang meminta pacarnya dikembalikan dari cengkraman kematian. Kematian menjanjikan bahwa pacar si gadis bisa hidup kembali asalkan si gadis berhasil menjaga cahaya lilin kehidupan tetap menyala. Fritz Lang mencampur elemen-elemen tertentu seperti kepercayaan akan nasib dan mistik. Ciri khas dari Lang adalah adanya elemen-elemen ekspresionistis dalam penataan gambar dan panggung, juga penempatan lampu yang tak biasa.

Category: |
You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

0 komentar: