17.37 | Author: Kronika Jogja
Tanggal :1 agustus 2009 Tempat :Depan Monumen Serangan Sudah menjadi agenda rutin Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta untuk menggelar pentas seni budaya, setiap minggunya. Pentas seni reguler ini bertempat di dua titik. Salah satunya di depan monumen serangan umum 1 Maret Yogyakarta. Sperti malam-malam minggu sebelumnya, kali ini juga tak kalah ramai. Group Seni Turonggo Satrio Mudo membawakan seni Jhatilan.Group seni yang berasal dari kelurahan mbener kecamatan Tegalrejo ini, mampu menarik perhatian warga kota Jogja maupun turis, dengan aksi mereka. Lagu-lagu jawa mengiringi pertunjukkan yang dimulai sejak pukul setengah delapan malam ini. Penempatan di titik 0 kilometer, tentu menjadi sebuah upaya strategis dalam pengenalan seni budaya, mengingat disitulah pusat turis di yogyakarta. Program reguler ini mampu memberikan wadah dan kesempatan berkreatifitas bagi group-group seni tiap kelurahan di Yogyakarta. Program ini sendiri telah berjalan sejak tahun 2008. Menurut salah seorang anggota Turonggo Satrio Mudo, Umiati.Dirinya dan groupnya merasa senang bisa terus menghidupkan budaya bangsa.Mereka memang sangat menggemari seni.Terlepas dari pro dan kontra masyarakat atas kesenian jhatilan. Masyarakat yang kontra, karena alasan magic, dalam pertunjukkan seni ini memang kadang pemainnya bisa kesurupan. Sedangkan yang pro tentu menganggap seni jathilan merupakan salah satu budaya bangsa yang harus dijaga serta sebagai salah satu media hiburan.Group ini sendiri kali ini mendapat kesempatan untuk menampilkan anggota mereka yang masih tergolong muda. Namun para remaja ini tampak sangat menyukai kesenian jhatilan. Dengan panggung yang sederhana mampu menarik penonton untuk membentuk lingkaran menyaksikan kesenian ini.Baik tua maupun muda asik melihat para muda-mudi menari sambil naik kuda lumping.Bagi warga Jogja mungkin pertunjukkan seni ini sudah biasa, namun bagi para turis, tentu hal ini tergolong unik. Menampilkan keluwesan gerak, bercerita secara simbolik dan iringan musik yang khas tentu menjadi sebuah simbol betapa kreatifnya masyarakat kita. Dan ini menjadi salah satu bukti,bahwa bangsa kita masih tetap menjadi bangsa yang besar. Dengan terus mempertahankan kekayaan seni dan budayanya.
Category: |
You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

1 komentar:

On 11 Januari 2010 pukul 15.10 , Ratih Juhara mengatakan...

Terus semangat dalam melestarikan Kesenian dan Kebudayaan Indonesia yang indah ini..

Thanks for share