17.38 | Author: Kronika Jogja
Tanggal :30 Juli-10 Agustus 2009 Tempat :7Bintang art Space Sebanyak 22 seniman yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia, menggelar pameran bersama mereka. Bertempat di 7bintang art space, pameran seni visual bertajuk Hyperlinks ini akan digelar hingga tanggal 10 Agustus mendatang. Hyperlinks atau yang bisa diartikan jejaring yang luas, luar biasa atau spektakuler ini seakan menggambarkan adanya hubungan yang dasyat antara para perupa dan stakeholders. Dalam pameran ini perupa bebas berekspresi menunjukkan seberapa luas relationship yang mereka bangun, sejauh mana pengalaman yang mereka dapat dan sekuat apa ikatan dari jejaring yang mereka bentuk itu. Lewat karya-karya perupa, pengunjung pameran ini bisa menikmati sensasi yang berbeda-beda dari esensi jaringan yang dibentuk oleh para perupa yang tentunya berbeda cara pandang, lingkungan dan pergaulan. Beberapa perupa yang tergabung dalam ameran kali ini antara lain, Dedy Sufriadi dengan karyanya berjudul Cerita 1001 Malam (visual:buku kecil2), Dony Kurniawan, dengan karyanya Terbang ke Bulan (2 anak kecil pakek baju gagak+ada bulannya), dan Hadi Soesanto denga karyanya Deep Breath (visual: cewek yang bagian pinggangnya terputus). Selain karya dua dimensi juga terdapat karya 3 dimensi salah satunya karya F.Sigit Santoso dengan judul Hormat Bendera. Sigit membuat patung-patung kecil dengan model yang sama sedang memberi hormat. Dalam acara pembukaan malam itu, pengunjung juga dihibur oleh kelompok musik, delicious band. Selain dibuka oleh beberapa senian dan kurator pameran,Rusnoto susanto, pameran ini juga turut dibuka oleh Koko, seorang gitaris dari band kenamaan ibukota, Serius Band. Sang gitaris juga sempat menunjukkan kebolehannya dalam bermusik di atas panggung.
Category: | Leave a comment
17.37 | Author: Kronika Jogja
Tanggal :1 agustus 2009 Tempat :Depan Monumen Serangan Sudah menjadi agenda rutin Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta untuk menggelar pentas seni budaya, setiap minggunya. Pentas seni reguler ini bertempat di dua titik. Salah satunya di depan monumen serangan umum 1 Maret Yogyakarta. Sperti malam-malam minggu sebelumnya, kali ini juga tak kalah ramai. Group Seni Turonggo Satrio Mudo membawakan seni Jhatilan.Group seni yang berasal dari kelurahan mbener kecamatan Tegalrejo ini, mampu menarik perhatian warga kota Jogja maupun turis, dengan aksi mereka. Lagu-lagu jawa mengiringi pertunjukkan yang dimulai sejak pukul setengah delapan malam ini. Penempatan di titik 0 kilometer, tentu menjadi sebuah upaya strategis dalam pengenalan seni budaya, mengingat disitulah pusat turis di yogyakarta. Program reguler ini mampu memberikan wadah dan kesempatan berkreatifitas bagi group-group seni tiap kelurahan di Yogyakarta. Program ini sendiri telah berjalan sejak tahun 2008. Menurut salah seorang anggota Turonggo Satrio Mudo, Umiati.Dirinya dan groupnya merasa senang bisa terus menghidupkan budaya bangsa.Mereka memang sangat menggemari seni.Terlepas dari pro dan kontra masyarakat atas kesenian jhatilan. Masyarakat yang kontra, karena alasan magic, dalam pertunjukkan seni ini memang kadang pemainnya bisa kesurupan. Sedangkan yang pro tentu menganggap seni jathilan merupakan salah satu budaya bangsa yang harus dijaga serta sebagai salah satu media hiburan.Group ini sendiri kali ini mendapat kesempatan untuk menampilkan anggota mereka yang masih tergolong muda. Namun para remaja ini tampak sangat menyukai kesenian jhatilan. Dengan panggung yang sederhana mampu menarik penonton untuk membentuk lingkaran menyaksikan kesenian ini.Baik tua maupun muda asik melihat para muda-mudi menari sambil naik kuda lumping.Bagi warga Jogja mungkin pertunjukkan seni ini sudah biasa, namun bagi para turis, tentu hal ini tergolong unik. Menampilkan keluwesan gerak, bercerita secara simbolik dan iringan musik yang khas tentu menjadi sebuah simbol betapa kreatifnya masyarakat kita. Dan ini menjadi salah satu bukti,bahwa bangsa kita masih tetap menjadi bangsa yang besar. Dengan terus mempertahankan kekayaan seni dan budayanya.
Category: | Leave a comment
17.30 | Author: Kronika Jogja
Tanggal :2 agustus 2009 Tempat :Kampung Mergangsan Kidul RT 74 / RW 24 Yogyakarta Ada yang spesial di kampung Mergangsan kidul Rt 74/ RW 24, hari minggu lalu. Halaman rumah salah satu warga desanya, bapak Sukasman, tampak dipadati orangorang malam itu. Sebuah pementasan teater tengah digelar. Pementasan drama bahasa jawa ini dibawakan oleh kelompok teater temmu.Sebuah kelompok teater kampung, yang terbentuk tanggal 17 Agustus 2005 lalu. Teater ini berawal dari sebuah festival kampung yang diselenggarakan oleh Taman Budaya Yogyakarta di tahun 2005. Teater ini mencoba untuk terus hidup di tengah masyarakat sebagai wadah kreatifitas, wadah berkeseniaan bagi para muda-mudi. Teater mereka yang ketiga ini, mengusung tema perjuangan. Berkisah tentang kehidupan di sebuah kampung yang hanya berpenghuni 6 orang.Yakni mak Jiuk, Surip, Cothot, Bakir, sumi dan mbah Karto sandal. Datngnya segerombolan anjing menggangu ketentraman desa itu. Warga kampung yang tergigit anjing-anjing itu menjadi pengikut gerombolan anjing untuk merebut tanah mereka sendiri. Pemimpin mereka adalah si Anjing Keparat yang dikutuk sejak jaman Belanda oleh sesepuh kampung, Mabah Karto Sandal. Setelah meninggalnya mbah Karto kelima warga yang tersisa tetap gigih mempertahankan kampungnya. Tokoh-tokoh ini melawan dengan caranya sendiri. Walau pada akhirnya mereka harus pergi dari tanah sendiri, namun mereka tidak menyimpan rasa kecewa, marah atau frustasi.melainkan dengan tawa dan keringat. Keringat untuk tetap menjadi diri sendiri. Mengandung makna yang sangat dalam, namun dikemas secara ringan, membuat teater kali ini cukup mendapat apresiasi yang cukup besar dari warga kampung mergangsan sendiri maupun luar kampung. Teater yang disutradarai oleh Andy Sri Wahyudi ini mengusung konsep panggung pantomim. Penonton tampak begitu santai dengan kondisi yang dibuat senatural mungkin. Duduk lesehan di atas tikar sambil terus mengikuti alur cerita dengan guyonan-guyonan khasnya. Sesekali bahkan penonton ikut nnyeletuk secara spontan,membuat penonton lain tertawa.
Category: | Leave a comment