12.32 | Author: Kronika Jogja
Jogja Expo Center 11-16 Maret 2009 Jogja Expo Center kembali menggelar Pesta Buku 2009. Di sini para pencinta buku dimanjakan dengan berbagai buku berharga miring. Pengunjung bisa mendapatkan berbagai macam buku di sini. Mulai dari komik, buku agama, novel, hingga buku pelajaran mulai SD sampai Perguruan Tinggi. Menariknya, berbagai penerbit memberikan diskon yang cukup berani, mulai tiga puluh persen hingga sembilan puluh persen. Penerbit yang ikut serta dalam pesta akbar ini antara lain, Gramedia, Buana Ilmu Populer, Erlangga dan Media Pressindo yang tergabung dalam IKAPI, Ikatan Penerbit Indonesia. Bagi anda yang ingin menjaga kerapian buku Anda, tersedia juga jasa sampul buku. Hanya dengan membayar sebesar Rp 1.000,00, Anda bisa mendapatkan buku yang rapi. Tidak hanya stand-stand buku dalam pesta buku ini juga terdapat stand dari SMKN 6 Yogyakarta. Di sini Anda bisa melihat dan membeli hasil karya siswa-siswi SMK ini, seperti taplak border, kebaya dan rambut palsu.
Category: | Leave a comment
12.11 | Author: Kronika Jogja
17 Maret 2009 Ars Longa Ruang Seni “Night With Us” merupakan tema yang diambil oleh ars longa kali ini. Event ini terdiri dari berbagai rangkaian acara yang dimulai sejak tanggal 14 Maret 2009 lalu. “Malam Tradisi” merupakan bagian dari rangkaian event ini. Pengunjung dapat menyaksikan karya dua dimensi dari para perupa, seperti Benny Carcass, Dwi Martono, Eki, Galang, Harlen, Hery S., Idris Brandy, Yoyok Sahaja dan karya koleksi Ars Longa Gallery Jakarta. Di samping itu tentu saja pengunjung disuguhi dengan pertunjukan inti, yaitu kecapi “Sunda Ampun Paralun Buhun”, pantun Melayu Riau oleh pelajar Indragiri Hilir, dan langgam Banyumas yang dibawakan duet pelantun jalanan Ibu Sarpin dan Ibu Sarminem, “Debu di Pelataran Sanggul”. Pengunjung tampak sangat menikmati pertunjukan malam itu. Saat pantun cerita percintaan melayu ditampilkan, pengunjung bahkan ikut terhanyut dalam suasana. Sahut-sahutan pantun Melayu dibawakan secara apik dan menggelitik. Langgam Banyumas yang dibawakan secara duet, juga tidak kalah menarik. Sebuah lagu berjudul “Perahu Layar” pun turut dinyanyikan. Bahkan dua pengunjung turut maju untuk ikut menari. Menurut Enjun Junaedi Attar, pengelola ruang seni Ars Longa, event ini melibatkan banyak seniman.
Category: | Leave a comment
12.10 | Author: Kronika Jogja
17 Maret 2009 Cemeti Art House Eko Nugroho, seniman muda Yogyakarta yang menunjukkan kecintaannya akan wayang, menggelar pameran tunggal pertamanya dengan tajuk “Hidden Violence”. Bertempat di Cemeti Art House, pamerannya kali ini merupakan proyek bersama yang dikerjakan bersama seniman lain. Pameran ini selain dibuka oleh Eko didampingi seniman lain juga dibuka oleh Alia Swastika selaku Kurator. Pengunjung tampak memadati ruang pamer. Tak hanya pengunjung lokal pameran tersebut juga dihadiri oleh warganegara asing. Yang menarik, dalam pameran ini pengunjung tidak hanya bisa melihat, namun juga dapat memainkan wayang-wayang yang dipamerkan. Hanya dengan memasukkan koin yang telah disediakan pihak penyelenggara, pengunjung bisa menggerakkan dan memainkan wayang-wayang tersebut. Pengunjung juga berkesempatan untuk menjadi dalang instan, memainkan wayang di belakang layer. Walaupun tema yang diambil berjudul “Hidden Violence” atau kekerasan tersembunyi, namun Eko ingin menunjukkan kesenangan dan keceriaan pada karya-karyanya kali ini. Inspirasi yang ia peroleh dalam pameran ini diperoleh dari ingatan masa kecilnya. Menurutnya suara gending dan keceriaan menonton wayang masih tertanam di benaknya. Konsep visualisasi untuk pameran ini sendiri bersumber dari gagasan tentang pasar malam. Selain berangkat dari gagasan tentang pasar malam, spirit tentanng bayangan dan cahaya dalam pertunjukkan wayang tradisi, pada akhirnya mengikat Eko dan tim kolabolatornya untuk berpijak pada gagasan ini dalam mewujudkan imaji visual.
Category: | Leave a comment
12.06 | Author: Kronika Jogja
Taman Budaya Yogyakarta 17-26 Maret 2009 Berbelanja tidaklah harus barang-barang baru, tetapi terkadang barang-barang bekas pun dapat menjadi sebuah pilihan. Itu pula yang menjadi inspirasi Widodo dalam menyelenggarakan pameran tunggalnya yang ketigabelas, yang bertajuk Flea Market atau pasar loak. Jangan berharap menemukan satu pameran dengan susunan yang megah layaknya pameran-pameran yang sering ada. Tetapi di sini anda akan menikmati suatu pameran dengan pola sebuah pasar. Jadi di sini anda dapat melihat aneka barang bekas dengan sentuhan artistik dari sang seniman, seperti sebuah bus rongsokan mobil kuno bekas, sepeda bekas dan aneka tulisan yang cukup familiar di telinga kita seperti awas anjing galak. Dengan dibantu sang kurator Kuss Indarto, Widodo sendiri ingin memberi tahu kepada masyarakat bahwa maksud dari pameran ini adalah jangan pernah memandang benda dari suatu harga tetapi niat kita untuk mencari suatu barang ketika kita membutuhkannya. Karena di pasar ini semua sama tak ada perbedaan strata atau ras. Mungkin pameran ini dapat menjadi salah satu pilihan anda dan keluarga dalam menikmati waktu luang yang ada sambil berekreasi, bermain bahkan belajar.
Category: | Leave a comment
11.58 | Author: Kronika Jogja
Lapangan Parkir Stadion Mandala Krida 13 – 14 maret 2009 Satu lagi pagelaran musik akbar diadakan di Yogyakarta. Acaranya bertajuk Class Carnaval SCTV 2009. Acara yang diadakan di Lapangan Parkir Stadion Mandala Krida itu menampilkan musisi-musisi papan atas Indonesia yang saat ini sedang naik daun. Class Carnaval digelar selama dua hari. Pada hari pertama, acara dibuka oleh penampilan band asal Yogyakarta, Jikustik. Acara lalu dilanjutkan dengan penampilan D’Masiv. Empat lagu yang dibawakan D’Masiv sukses menghipnotis penonton. Penampilan yang tak kalah seru juga ditampilkan oleh band Five Minutes. Keadaan semakin memanas saat Five Minutes, Keyla dan Vicky berkolaborasi membawakan lagu “Selamat Tinggal Masa Lalu”. Meski sempat terjadi sedikit kerusuhan, namun secara keseluruhan acara terbilang sukses. Di hari kedua, acara ini diisi dengan penampilan dari Seventeen, Gigi, Ratu, Ello dan The Changcuters. Selain panggung hiburan, Class Carnaval juga dimeriahkan oleh stand-stand yang menarik
Category: | Leave a comment
11.53 | Author: Kronika Jogja
Bentara Budaya Yogyakarta 14 – 18 maret 2009 Puthut EA, seorang penulis yang telah menerbitkan 41 judul buku, bekerjasama dengan empat perupa asal bandung mengadakan sebuah pameran bertajuk “Bebek Makelar Politik”. Pameran tersebut menarik, karena merupakan sebuah bentuk kerjasama antara seni sastra dan seni rupa. Keempat seniman yang berpartisipasi menampilkan karya yang merupakan intepretasi pribadi mereka atas karya-karya tulis Puthut. Kupi Arif, salah satu perupa yang berpartisi padi dalam pameran itu, menampilkan 4 lukisan dan 12 drawing. Salah satu karyanya yang menarik perhatian pengunjung adalah sebuah lukisan yang menampilkan sepasang kaki dan bebek yang didominasi warna hitam. Pembukaan pameran tersebut dilakukan pada hari Sabtu kemarin. Bersamaan dengan pembukaan pameran itu dilakukan launching empat judul buku terbaru Puthut EA berjudul “Seekor Bebek yang Mati di Pinggir Kali”, “Deleilah Tak Ingin Pulang”, “Cinta Tak Pernah Tepat Waktu”, dan “Makelar Politik, Kumpulan Bola Liar”. Pada malam pembukaan tersebut dilakukan pemecahan kendil bersisi uang receh yang merupakan simbolisasi bahwa selama ini indonesia dijual kepada makelar politik, dan yang bisa melawan adalah petani. Pembukaan pameran tersebut juga dimeriahkan oleh penampilan Untung Basuki dan orasi budaya oleh Tanto Tani. Berbagai seni visual dipamerkan dalam pameran tersebut seperti lukisan, fotografi dan patung. Salah satu karya yang paling menarik perhatian pengunjung adalah karya Putriani Mulyadi yang menampilkan sebuah kotak hitam berisi jaring-jaring kecil.
Category: | Leave a comment
11.49 | Author: Kronika Jogja
I Made Wiradana adalah seorang perupa yang sangat menyukai binatang. Saking sukanya, dia membuat banyak sekali visual binatang di dalam karya-karyanya. Namun kehadiran binatang dalam kanvasnya tersebut selalu dilakukannya dengan semangat bermain dan penuh humor. I Made Wiradana banyak mengolah tema-tema binatang dari sisi idiom, istilah, sampai simbolis. Contohnya adalah karya I Made Wiradana yang berjudul “Lidah Buaya”dimana dalam visualnya dia menampilkan beberapa (binatang) buaya yang lidahnya terjulur panjang tertancap di atas pot, layaknya tanaman. Atau lukisannya yang menampilkan jejeran para gadis yang tampak berpose cantik menunggu sesuatu; judul lukisan itu adalah “Kupu-kupu Malam”. Kehadiran Binatang dalam lukisan Wiradana tidak dalam bentuk yang utuh dan banal. Dia bisa berasal dari sebuah ejekan, guyonan atau istilah dalam kehidupan sehari-hari, yang diaplikasikan menjadi sesuatu yang ala kadarnya atau bahkan simbolis di atas kanvas. Disinilah praktek bermain-main Wiradana menemukan sisi jenialnya. Binatang menjadi bermakna dalam ruang lingkup permainan tanda dan visual yang menggoda untuk dipahami berbeda. Dalam hal ini lukisan Wiradana mengajak penontonnya untuk menemukan sisi makna dan relasinya dengan binatang bahkan dari judulnya yang juga bermuatan “kebinatangan”. “Binatangisasi” I Made Wiradana, ada dalam caranya mempergunakan “binatang” dan bukan hanya sekedar kebentukannya. Disinilah pameran “Eksodus Binatang” kali ini, menjadi begitu berbeda sekaligus menarik.
Category: | Leave a comment
18.55 | Author: Kronika Jogja
Sekaten merupakan budaya Yogyakarta yang masih terus hidup sampai saat ini. Acara ini digelar setiap tahunnya dalam rangka memperingati hari kelahiran nabi Muhammad SAW. Tanggal 2 Maret kemarin bertempat di keraton digelar rangkaian acara sekaten. Acaranya adalah penabuhan dan pengarakan gamelan dari Keraton ke Masjid Agung. Persiapan acara itu telah dimulai sejak sore hari. Kesibukan sangat kentara di wilayah Alun-Alun Utara Yogyakarta. Tepat pada pukul empat sore, gamelan dan beberapa alat musik lainnya dibawa keluar dari Keraton. Acara tabuh gamelan sendiri baru dimulai pada pukul tujuh malam. Selama tiga jam berturut-turut, gamelan terus ditabuh, diiringi dengan suara drum dan alunan seruling. Seluruh masyarakat berbondong-bondong menyaksikan acara yang memang dipersembahkan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono kepada rakyat Yogyakarta tersebut. Pada pukul sepuluh malam, gamelan mulai diarak menuju Masjid Agung Kauman. Segenap Abdi Dalem, keluarga Keraton, dan tak ketinggalan masyarakat ikut mengiringi jalannya prosesi tersebut. Di Masjid Agung Kauman selanjutnya gamelan-gamelan tersebut tadi akan disimpan selama satu minggu.
Category: | Leave a comment
18.52 | Author: Kronika Jogja
Robot tidak hanya berfungsi sebagai alat permainan bagi anak-anak saja. Saat ini robot telah memainkan fungsi yang cukup penting dalam kehidupan manusia. Sebut saja robot perakit kendaraan bermotor, robot yang dapat melakukan bedah jantung, robot yang bertugas melakukan penelitian di luar angkasa, dan lain sebagainya. Berbagai kecanggihan robot itulah yang coba ditampilkan dalam event bertajuk Robot Robotics yang baru saja digelar di Taman Budaya Yogyakarta. Dalam pameran tersebut ditampilkan berbagai macam bentuk robot dari jaman dulu hingga sekarang. Robot-robot tersebut merupakan sumbangan dari kolektor robot di seantero Yogyakarta. Ada juga lukisan bertema robot, informasi mengenai sejarah robot, dan juga berbagai robot hasil kreasi mahasiswa Yogyakarta yang tentunya sangat menarik untuk disaksikan. Penonton yang menghadiri pameran ini lebih didominasi oleh kalangan anak-anak.
Category: | Leave a comment
18.48 | Author: Kronika Jogja
Seni dan budaya merupakan wacana yang tak pernah lepas dari kehidupan masyarakat. Banyaknya komunitas seni yang bermunculan, menjadi tolok ukur pesatnya perkembangan seni dan budaya dalam masyarakat kita. Adalah Komunitas Pendopo, sebuah komunitas seni dari Lembaga Kajian Islam dan Sosial (LKIS), yang baru saja mengadakan pembukaan kolaborasi seni bertajuk “Buka Pintu”. Buka Pintu sendiri merupakan bentuk pembukaan dari acara yang selanjutnya akan rutin diadakan setiap minggunya oleh kelompok seni ini. Pembukaan event ini dilakukan dengan pemotongan tumpeng oleh Rif'an, Ketua Koordinator Komunitas Pendopo. Acara utama Buka Pintu ini sendiri menampilkan berbagai kolaborasi seni, seperti pembacaan puisi, teater musikal, dan pameran lukisan. Selain itu, pengunjung juga semakin dihibur dengan aksi melukis secara langsung yang dilakukan oleh para seniman dari Komunitas Pendopo.
Category: | Leave a comment
18.42 | Author: Kronika Jogja
Sebuah pameran performance art bertaraf internasional baru saja diadakan di Yogyakarta. Acaranya diberi tajuk Asian Youth Imagination kedua. Acara ini merupakan lanjutan dari acara serupa yang diadakan di Jepang pada bulan Desember 2008 lalu. Pameran ini diikuti oleh 15 orang performer muda yang berasal dari Asia, seperti Jepang, Korea, Myanmar, Sri Lanka, India, Taiwan, dan tak ketinggalan Indonesia. Usia seniman yang berpartisipasi dalam acara ini dibatasi dengan rentang umur 33 hingga 19 tahun. Asian Youth Imagination Kedua diinisiasi oleh tim produksi bernama “We Are Imagining” yang anggotanya juga berusia muda. Acara ini menampilkan semua elemen yang ada dalam performance art, seperti video performance, dokumentasi performance, live performance, dan lain sebagainya. Salah satu performance yang cukup menarik perhatian pengunjung adalah aksi seorang seniman yang tampak berusaha menyatukan lembaran-lembaran uang kertas menggunakan klip. Setelah terkumpul, rangkaian uang yang panjang tersebut lantas dililitkan ke seluruh tubuh sang seniman. Selain itu, ada juga aksi seniman asal Jepang yang menampilkan aksi penanaman bibit tumbuhan di dalam sepatu. Penonton yang hadir tampak sangat menikmati segala penampilan yang disuguhkan. Melalui press release-nya, pihak tim produksi mengharapkan agar pameran ini dapat membangun dan memperluas jaringan antar seniman muda Asia.
Category: | Leave a comment
18.38 | Author: Kronika Jogja
Mural tidak selalu identik dengan melukis pada dinding. Seperti lomba mural yang baru saja diadakan di Museum Benteng Vrederburg, bertajuk 1001 Tong Sampah. Berbeda dengan lomba mural lainnya, lomba mural kali ini menggunakan media utama tong sampah. Para peserta terdiri dari kalangan pelajar SMP, SMA, mahasiswa, dan kalangan umum. Mereka tampak saling berlomba menghiasi tong sampah mereka semenarik mungkin. Lomba mural 1001 Tong Sampah ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya membuang sampah pada tempatnya. Acara ini dimeriahkan dengan penampilan artis kenamaan ibukota, Dik Doang. Selama kegiatan berlangsung, peserta dan para pengunjung dihibur dengan aksi musikal anak-anak jalanan. Selain lomba mural, pada arena tersebut para pengunjung juga dapat menyaksikan pameran desain interior yang diprakarsai oleh para mahasiswa ISI Yogyakarta.
Category: | Leave a comment
18.32 | Author: Kronika Jogja
Sastra, seni yang tak pernah habis untuk di apresiasikan. Beragam bentuk apresiasi dari sastra tercipta. Diangkat dari puisi M.H Ainun Najib teater bertajuk “Sebuah Cerita Dari Negeri Kucing” yang di sutradarai oleh Muhammad Mahatma ini digelar. Menceritakan tentang negeri kucing dengan warna yaitu merah, kuning dan hijau. Meskipun hanya cerita anak-anak visualisasi teater ini syarat dan simbolis orde baru. Setelah pertunjukan selesai pertunjukan dilanjutkan dengan diskusi sastra, penonton di ajak bertukar pendapat dan tanya jawab.
Category: | Leave a comment
18.24 | Author: Kronika Jogja
Yogyakarta, kota pendidikan dengan perguruan-perguruan tinggi terkemuka menjadi sebuah kawah condrodimuko untuk menuntut ilmu dan meraih cita-cita. Mahasiswa pendatang di Yogyakarta lebih banyak di banding mahasiswa lokal, sehingga keanekaragaman budaya dan bahasa banyak di jumpai. Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Acara ini ditujukan untuk menambah wawasan nusantara serta memupuk jiwa persatuan & kesatuan diantara mahasiswa yang belajar di Yogyakarta. Gelar budaya di Bangsal Kepatihan ini disambut oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X, setelah memberi sambutan Sri Sultan mendapat cendera mata dari 8 perwakilan mahasiswa dari daerah masing-asing yaitu perwakilan mahasiswa Batak, Bali, Nias, Dayak, Jabar, Jateng, DIY dan Melayu. Keanekaragaman ini disuguhkan dengan seni tari, lagu dan musik yang dibawakan mahasiswa-mahasiswa perwakilan yang belajar di perguruan tinggi swasta di Yogyakarta.
Category: | Leave a comment
17.30 | Author: Kronika Jogja
Yogyakarta sebagai kota budaya kembali memberikan apresiasinya untuk selalu memediasi seniman-senimannya agar bisa mengeksistensikan karyanya. Sebut saja David Armi Putra, seorang seniman yang berasal dari Sumatera Barat ini sukses menggelar pameran pertamanya yang bertema “An Ode To The Everyday” yang mana tema An Ode To The Everyday digunakan untuk merepresentasikan kehidupan yang sering terjadi disekitar kita. Pameran yang diselenggarakan di Tembi Contemporary Yogyakarta ini menampilkan 10 karya dua dimensi yang dibuat menggunakan pensil arang dan pensil warna dan juga 4 karya tiga dimensi yang dibuat menggunakan fiberglass dengan cat car paint. Pengunjung yang terdiri dari beberapa elemen masyarakat seperti kalangan mahasiswa, penikmat seni, kolektor, dan pejabat tinggi daerah tampak menikmati pameran yang dilengkapi dengan beberapa sajian-sajian pendukung seperti warung-warung tradisional dan performa-performa yang ada. Menurut rencana awal, pameran ini akan dibuka oleh Bupati Bantul, Drs. H. Mohammad Idham Samawi, Namun karena beliau berhalangan hadir, pembukaan pmeran ini diwakili oleh Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bantul, Drs. Suyoto H. S., Msi, Mma. Walaupun sempat diguyur hujan, animo masyarakat untuk menglihat pameran ini sangat tinggi.
Category: | Leave a comment